Jumat, 08 Juli 2011

sejarah penulisan Al-Qur'an



PEMBAHASAN
1.      Sejarah penulisan.
            Semasa hidup at thobari, akhir abad 9 hingga pertengahan abad 10 M kaum muslimin dihadapkan  pada pluralitas etnis, relejius, ilmu pengetahuan, pemikiran keagamaan, dan heterogenitas kebudayaan dan peradaban.
            At-thabari ada pada saat hilangnya salah satu aliran rasional keagamaan mu’yazilah setelah era al- Mutawakil dan munculnya aliran tradisional asy’ariyah yang beakangan  disebut sunni, belum lagi sekte sekte yang lain turut menyemerakan bursa pemikiran di oanggung sejarah umat islam.kompleksitas yang dialami dan dilihat At-thabari di negri sendiri, menggugah sensitivitas keilmuanya khususnya dibidang pemikiran islam dengan jalan me;akukan respond an dialog ilmiyah lewat karya tulisk terba Tentu saja pergulatan madzhab yang dialami At-thobari menyisakan dampak bagi dirinya. Popularitas dinegri sendiri dan kota kota sekitarnya tidak terbantahkan, sampai sampai pada madzhab yang diikutinya.
            Pada akhir pergulatan pemikiranya, ia lebih dikenal luas sebagai seorang Sunni ketimbang seorang rafidhi-ekstremis Ali- yang pernah hangat diributkan oleh para ulama sezamanya, ketika munculnya aliran aliran teologi. Bukti bahwa dia adalah seorang sunni adalah dari karya karyanya dibidang sejarah dan Tafsir. Kitab tafsir ini ditulis oleh Ibn Jarir At-thabari sendiri pada paruh abad III H dan sempat disosialisasikan di depan para murid muridnya selama kurang lebih 8 tahun, sekitar 282 hingga 290 H.
            Pada awalnya kitab ini pernah menghilang, tidak jelas keberadaanya; ternyata ini dapat muncul kembali berupa manukripsi yang tersimpan di maktabah seorang pejabat Najed , Haammad Ibn ‘Amir ‘Abdul Rasyid.[1]
2. Metode penafsiran kitab Jami’ al-bayan ‘an Tafsir Al-Qur’an
            Kitab tafsir Jami’ al bayan ‘an tafsir al-Quran yang merupakan  karya ibn jarir at thobari ini menggunakan penafsiran metode analitis (Tahlili). Yang dimaksud dengan metode analisi (tahlili) adalah menafsirkan ayat ayat Al-Qur’’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna makna yang tercakup didalam nya sesuai dengan keahlian dan kiecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat tersebut.
            Penafsiran yang mengikuti metode ini menggunakan corak penafsiran    bil-ma’tsur (riwayat) atau bir-ra’yi (pemikiran).  Dalam hal ini, Ibn Jarir Ath Thobari selaku mufasir yang menggunakan metode thlili ini mengebangkanya dengan menggunakan corak penafsiran Bil ma’tsur. Sedangkan pengertian metode bil ma’tsur  itu sendiri ialah  merupakan salah satu salah satu jenis penafsiran yang muncul pertama kali dalam khazanah intelektual islam. Praktik penafsiranya adalah ayat dengan ayat, atau ayat dengan riwayat para sahabat dan juga tabi’in. atau dengan kata lain cara menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan nash-nash, baik dengan ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri, dengan hadis-hadis nabi, dengan perkataan sahabat, maupun dengan perkataan tabi’in, meskipun penafsiran dengan tabiin ini masih kontroversi.
            Ibn Jarir At-thabari dalam penafsiranya, menafsirkan ayat al-qur’an dengan ayat al-quran yang saling berhubungan, seperti ketika beliau menafsirkan ayat 184 surat al-baqarah :
š š  
يعنى تعلى ذكره : كتب عليكم أيها الذين أمنوا الصيام، أيا ما معدودات. ونصب (أياما) بمضمر من الفعل كأنه قيل : كتب على الذين من قبلكم أن تضوموا أياما معدودات كما يقال : أعجبنى الضرب زيدا و قوله (كما كتب على الذين من قبلكم) من الصيام كأنه قيل : كتب عليكم الذي هو مثل الذي كتب على الذين من قبلكم أن تصوموا أياما معدودات[2]
  Kemudian, Ibn jarir at-thabari juga menafsirkan ayat dengan hadis nabi, seperti ketika Ia menafsirkan ayat 142 surah Al baqarah
*  
حديث عن أحمد يونس عن زهير عن أبى إسحاق عن البراء (سيقول السفهاء من الناس ) قال اليهود.[3]
Dari segi linguistik (lughoh) Ibn Jarir sangat memperhatikan penggunaan bahasa arab sebagai pegangan dengan bertumpu pada syair syair arab kuno dalam menjelasjan makna kata kata. Seperti, dalam kitan nya, ketika ia menafsirkan surat Al baqarah ayat 152.
(وشكروا لى ولا تكفرون )  ولا تكفرون : يقول لا تجحدوا احسانى إليكم و العرب تقول : نصحت لك ولا تكاد تقول نصحتك وربما قالت شكرتك و نصحتك من ذلك قول الشاعر :
هُمْ جَمَعُوْابُؤْسَى وَنُعْمَى عَلَيْكُمْ                فَهَلاَّ شَكَرْتَ القَوْمَ إِذْ لَمْ تُقَاتِل
وَنَصَحْتُ بَنِى عَوْفٍ فَلَمْ يَتَقَبَّلُوْا                 رَسُوْلِى وَلَمْ تَنْجَحْ لَدَيْهِمْ وَسَائِلِ
وقد دللنا على أن معنى الشكر : الثناء على الرحل بأفعاله المحمودة و أن معنى الكفر تغطية الشيء فيما مضى قبل فأغنى ذلك إعادته ههنا.[4]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut