Senin, 11 Juli 2011

Hal-hal yang dapat mengotori Aqidah Umat Islam

HAL-HAL YANG MENGOTORI AQIDAH
A. Aqidah yang Benar

Aqidah ialah perkara yang dibenarkan oleh hati,dan jiwa menjadi tenang karenanya,sehingga menjadi keyakinan yang kokoh yang tidak tercemar oleh kesangsian.
Aqidah memiliki arti perkara-perkara yang dibenarkan oleh hati, jiwa tentram karenanya, memberikan rasa yakin dalam diri tanpa tercampuri oleh keraguan atau kebimbangan. Aqidah merupakan kepercayaan tertinggi, karena bersumber dari wahyu Allah yang menjanjikan hamba-hambaNya yang benar-benar beriman dengan kebahagiaan dunia dan akhirat. Suatu aqidah dikatakan sempurna dan seseorang akan dikatakan mempunyai aqidah apabila perbuatan, gerak-gerik dan tindakanya semata-mata bersumber dari aqidah itu. Aqidah agama menghendaki manusia agar takut kepada Allah, baik secara nyata maupun dalam hatinya, dan dalam setiap yang dikerjakan. Terbuktilah bahwa seseorang melakukan perbuatan baik tidak mengharapkan balasan dari orang lain. Serta tidak berbuat jahat walaupun tidak diketahui polisi atau jaksa, dan hal itu hanyalah karena mengetahui bahwa ia diperhatikan oleh Allah.
Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuiNya,baik dalam Dzat, sifat-sifat maupun perbuatanNya. Untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk jalan kebaikan kepada umat manusia,Allah telah mengutus para RasulNya dengan dibekali kitab-kitab. Kelak dalam kehidupan akhirat, Allah akan meminta pertanggung jawaban kepada semua orang atas segala perbuatan yang telah dilakukan dalam hidupnya di dunia. Perbuatan-perbuatan yang baik diberi balasan nikmat Syurga, dan perbuatan-perbuatan yang buruk diberi balasan siksa neraka. Oleh karena itu Aqidah menurut Ibnu Taimiyah mewajibkan beriman (percaya) kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab,dan Rasul-rasulnya, serta kebangkitan/hidup kembali setelah mati dan beriman kepada Qada dan Qadar.

B. Hal-hal Yang Mengotori Aqidah

1. Syirik
a. Definisi Syirik
Syirik yaitu menjadikan sesuatu selain Allah sebagai Tuhan yang disembah dan ditaati disamping Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Yunus:18:
Artinya: Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa`atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu)”

Syirik adalah dosa terbesar dengan apa seorang manusia mendurhakai Allah. Firman Allah dalam Q.S Luqman: 13
Artinya: “Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang besar”

Syirik juga membatalkan amal pelakunya.Firman Allah dalam Q.S Az-Zumar:65
Artinya:”Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugikan”

Syirik bahkan menyebabkan darah dan harta seseorang menjadi halal dan tidak boleh disholati jenazahnya. Jika ia meninggalkan sesuatu dalam keadaan murtad, maka peninggalan itu menjadi harta rampasan bagi kaum muslimin, dan keluarganya yang masih muslim tidak boleh mewarisinya.Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya:”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jika mereka melakukan itu, maka mereka telah menjaga kehormatan darah dan hartanya dariku,kecuali dengan apa yang menjadi haknya”
Ini kalau syiriknya syirik besar, Adapun syirik kecil, maka perbuatan itu membatalkan semua amal yang dicampuri olehnya, atau dibangun di atasnyadan pelakunya berhak mendapat ancaman. Jika ia mati dalam keadaan melakukan syirik kecil,maka ia berada pada beberapa pendapat ini:
Pertama:Terserah pada kehendak Allah, jika Allah berkenan mengampuninya maka Ia akan mengampuninya, dan jika tidak berkenan maka Ia pasti akan menyiksanya. Kedua:ia pasti disiksa oleh Allah tapi tidak kekal dalam neraka. Ketiga:ia tidak diampuni sama sekali. Keempat:ia diampuni oleh Allah.
Pendapat kaum salaf ini didasarkan pada analogi syirik kecil atas syirik besar, dimana Rasulullah SAW menyatakan bahwa syirik merupakan dosa besar yang paling besar. Jadi sekecil apapun syirik itu, ia tetap lebih besar dari dosa besar yang paling besar.

b. Jenis-jenis syirik

• Syirik besar adalah bahwa ia menjadikan sekutu selain Allah yang ia sembah dan taati sama seperti ia menyembah dan mentaati Allah.
• Syirik kecil adalah bahwa ia menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah dalam bentuk perkataan atau perbuatan.
• Syirik tersembunyi adalah syirik yang tersembunyi dalam hakekat kehendak hati, ucapan lisan, berupa penyerupaan Allah dengan makhluk. Syirik tersembunyi sebenarnya dapat digolongkan kedalam syirikkecil. Sehingga syirik dapat dibagi menjadi 2 jenis: syirik besar yang terkait dengan keyakinan hati, dan syirik kecil yang terkait dengan perbuatan dan perkataan lisan.

2. Tahayul dan kurafat

Tahayul yaitu cerita-cerita bohong, tidak masuk akal dan dihubungkan dengan aqidah. Cerita-cerita dan dongeng-dongeng orang-orang dahulu kala yang membuat orang menjadi penakut dan pemalas. Ini harus dibasmi oleh setiap orang beriman.
Firman Allah Q.S An-Nahl:24, yang artinya:”Cerita-cerita orang dahulu kala” Contoh tahayul: Cerita-cerita tentang hantu, seseorang bercerita kepada anaknya,” Kuburan seseorang yang meninggal itu berlobang, dan dari lubangnya itu keluar asap, dari dalam asap itu keluar seekor binatang berbentuk kucing . Tidak lama kemudian kucing itu menjadi besar dan menghilang entah kemana”
Tahayul itu luas, selain dari cerita-cerita yang tidak masuk akal juga menganai keutamaan-keutamaan hari dan waktu. Dikatakan ,”kalau akan bepergian jangan berangkat pada hari Selasa dan hari Sabtu, sebab kedua hari ini adalah sial.” Begitu juga mengenai waktu. Kalau hendak bepergian, melangkah itu hendaklah dimulai jam sekian dan pukul sekian.
Firman Allah dalam Q.S An-Nahl 105:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengadakan kebohongan ialah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang pendusta.
Kurafat
Kurafat adalah kepercayaan, berbeda dengan tahayul yang dalam bentuk cerita-cerita dan dongeng, tapi berupa kepercayaan kepada yang ghoib, yang tidak bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.Hal ini menyebabkan penyelewengan aqidah, oleh karena itu kepercayaan seperti ini harus dibasmi sampai ke ekar-akarnya.

3. Kufur

Dalam bahasa arab berarti menutupi.secara terminologi kufur berarti mengingkari suatu bagian dari ajaran islam dimana tanpa bagian itu keislaman seseorang menjadi batal atau tidak sempurna.Misalnya,mengingkari makna syahadat,mengingkari bagian terpenting dalam ajaran islam yang diharamkan seperti riba maupun seperti yang diwajibkan seperti shalat.
Jenis-jenis kufur:pertama, kufur besar berarti mengingkari suatu bagian dari ajaran islam dimana tanpa bagian itu keislaman seseorang menjadi batal atau tidak sempurna.Misalnya seseorang mengklaim bahwa Rasulullah membawa ajaran yang bertentangan dengan kebenaran Firman Allah dalam surat al-Ankabut:68
Artinya: “dan siapakah yang lebih dhalim daripada orang-orang yang mengadakan kedustaan kepada Allah atau mendustakan yang baik tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka jahannam itu ada tempat bagi orang-orang kafir?”
kedua,kufur kecil yaitu mengingkari bagian tertentu dari islam yang tanpa bagian itu keislaman menjadi sempurna.Contohnya kufur nikmat, maksudnya menisbatkan suatu nikmat kepada selain Allah, walaupun mereka tau kalau nikmat itu barasal dari Allah, tapi mereka tetap tidak mengucapkan “Alhamdulillah” dan tidak menisbatkanya kepada Allah swt.misalnya seseorang berkata :”inilah hartaku yang kuwarisi dari nenek moyangku”.
Firman Allah Q.S An-Nahl:53
Artinya:”dan nikmat apa saja yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”

4. Nifaq

Adalah manampakan apa yang sesuai dangan kebenaran dan menyembunyikan apa yang bertentangan denganya.Jadi siapa saja yang menampakan sesuatu yang sejalan dengan kebenaran di depan orang banyak, padahal kondisi batin atau perbuatanya yang sebenarnya tidak demikian, maka dialah yang disebut munafiq.
Jenis-jenis nifaq:pertama nifaq besar (nifaq aqidah), maksudnya menyembunyikan kekufuran dalam hati dan menampakan keimanan dalam lisan dan perbuatan.Contoh nifaq besar adalah mendustaka ajaranyang dibawa oleh Rasulullah. Kedua nifaq kecil (nifaq amali), maksudnya bila perbuatan yang tampak berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh syariat islam. Contoh nifaq kecil diantaranya: dusta dalam perkataan, tidak menepati janji,menghianati amanah,dan sebagainya.

C. Kembali pada Aqidah yang Benar
Hal-hal yang perlu dilakukan:
• Memperdalam dan memperteguh keimanan
• Amalkan Al-Qur’an dan Hadits
• Berakhlak seperti akhlak Rasulullah saw.


KONTRIBUSI
“Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan kucukupkan nikmat-Ku atasmu, dan Ku ridhoi Islam jadi agama mu”. (Q.S al-Maidah)
Telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa Islam adalah agama yang sempurna.
Aqidah merupakan bagian terpenting dalam seluruh muatan agama, maka tidak akan sempurna agama sesorang tanpa kesempurnaan aqidah itu sendiri. Sedangkan telah dijelaskan pula di atas bahwa sesorang akan mempunyai aqidah jika perbuatan dan seluruh tindakanya semata-mata bersumber dari aqidah itu. Aqidah merupakan pokok ajaran Islam. Maka sebagai umat Islam sudah semestinya menjaga aqidah yang telah tertanam dalam hati dari hal-hal yang mengotori/merusak aqidah, seperti syirik, tahayul dan khurafat, kufur, serta nifaq. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjaga aqidah tersebut diantaranya yaitu memperteguh dan memperdalam keimanan. Aqidah merupakan keyakinan tertinggi tanpa tercampuri keragu-raguan sedikitpun karena bersumber dari wahyu Allah, sangatlah mustahil jika seseorang mengharapkan kesempurnaan aqidah tanpa beriman, maka dapat dikatakan disini bahwa iman merupakan pangkal dari aqidah. Jika seseorang telah memiliki keimanan yang kokoh, maka akan sangat kecil kemungkinan untuk melakukan hal-hal yang mengotori aqidah seperti yang disebutkan sebalumnya. Misalnya, Syirik. Seseorang tidak akan mungkin menyekutukan Allah dengan apapun yang diserupakanya sebagai Tuhan, apabila orang tersebut telah beriman dan meyakini dengan seyakin-yakinya bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Begitu juga dengan hal-hal lain yang mengotori aqidah.


KESIMPULAN
Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuiNya,baik dalam Dzat, sifat-sifat maupun perbuatanNya.Suatu Aqidah akan sempurna, dan seseorang akan mempunyai aqidah hanya bila perbuatan, gerak-gerik, dan seluruh tindakanya semata-mata bersumber dari aqidah itu. Sebaliknya penyimpangan aqidah akan terjadi apabila antara ucapan dan perbuatan berbeda.
Untuk mencapai kesempurnaan aqidah, seseorang harus menghindarkan diri dari hal-hal yang mengotori aqidah, diantaranya: Syirik, tahayul dan khurafat, kufur dan nifaq.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga aqidah yang benar: memperdalam dan memperteguh keimanan, Amalkan Al-Qur’an dan Hadits,dan berakhlak seperti Akhlak Rasulullah.

DAFTAR PUSTAKA

Alburaikan, Abdullah.1998. Pengantar Studi Aqidah Islam.Jakarta:Rabbani press
Al’alim, Musthafa. 1982. Aqidah Islam Ibnu Taimiyah.Bandung: Al-Ma’arif
Muhammad bin Abdul Wahab. 1987. Bersihkan Tauhid Anda Dari Noda Syirik.Jakarta: Bina Ilmu

Akankah Akal dan Wahyu Bertentangan?

Pembahasan

A. Pengertian Akal dan Wahyu

Kata akal berasal dari bahasa arab, yakni al-‘aql ( العقل ), yang berarti paham, mengerti atau berpikir. Menurut pemahaman Profesor Izutzu, pada zaman jahiliyah,term akal digunakan dalam arti kecerdasan praktis yang dalam istilah psikologi modern disebut dengan kecakapan memecahkan masalah ( problem solving capacity ).Orang berakal, menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalahsetiap kali ia dihadapkan dengan problema dan selanjutnya dapat melepaskan diri dari bahaya yang ia hadapi. Kebijaksanaan praktis serupa ini amat dihargai oleh orang Arab zaman jahiliyah.
Menurut Dr.Zaki Nazib Mahmud, akal adalah menghubungkan peristiwa dengan sebab akibat atau konklusinya. Hubungan sebab akibat maksudnya akal mengembalikan peristiwa yang Nampak kepada sebab terjadinya peristiwa itu.Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan konklusi ialah akal melihat masa depan dengan memusatkannya pada peristiwa-peristiwa serupa.
Di samping akal, dalam islam dikenal pula istilah wahyu . Wahyu berasal dari kata auha ( اوحى ) yang berarti member tahu tentang sesuatu ( baik perkataan ataupun penjelasan ) dari jarak jauh, dengan cepat dan rahasia. Yang menggunakan media atau perantara.
Sedangakan definisi dari wahyu adalah pemberitahuan dari Allah kepada nabi-Nya yang berisis hukum syara’ atau lainnya dengan perantaraan atau tanpa perantaraan. Wahyu merupakan sesuatau yang mungkin menurut hukum akal dan bukan sesuatu yang mustahil. Wahyu hanya diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
Jadi, wahyu merupakan bentuk komunikasi antara Tuhan dengan hamba-Nya. Tentang cara terjadinya komunikasi tersebut, Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya QS As-syuura ayat 51 :
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
Artinya : Tidak terjadi bahwa Allah berbicara kepada manusia kecuali dengan wahy, atau dari belakang tabir, atau dengan mengirimkan seorang utusan, untuk mewahyukan apa yang ia kehendaki dengan seizing-Nya. Sungguh Ia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Berdasarkan ayat diatas, ada tiga cara penyampain wahyu yaitu melalui jantung hati seseorang dalam bentuk ilham , dari belakang tabir seperti yang dialami oleh Nabi Musa, dan melalui utusan yang dikirimkan dalam bentuk malaikat.
Kedudukan akal dalam Al-Qur’an
Penghargaan yang tinggi terhadap akal terdapat dalam wahyu Allah yakni Al-Qur’an sendiri. Tidak sedikit ayat-ayat yangmenganjurkan dan mendorong manusia supaya banyak berfikir dan mempergunakan akalnya.
Kata-kata yang dipakai dalam Al-Qur’an untuk menggambarkan perbuatan berfikir, bukan hanya ‘aqala ( عقل ), tetapi juga kata-kata berikut :
1. Nadzara (نظر ), melihat secara abstrak dalam arti berfikir dan merenungkan, terdapat dalam 30 ayat lebih di Al-Qur’an.
2. Tadabbara ( تدبر ) yang berarti merenungkan dan juga terdapat dalam beberapa ayat al-qur’an.
3. Tafakkara تفكر ) ) berarti berfikir.Terdapat dalam 16 ayat Al-Qur’an.
4. Faqiha ( فقه ), berarti mengerti, faham dan terdapat dalam 16 ayat Al-qur’an.
5. Tazakkara ( تدكر ), yang berarti mengingat, memperoleh peringatan, memperhatikan dan mempelajari, yang semuanya mengandung perbuatan berfikir. Terdapat di lebih dari 40 ayat.
6. Fahima ( فهم ) yang berarti memahami.
7. Kata-kata yang berasal dari ‘aqala ( عقل ) sendiri terdapat dalam lebih dari 45 ayat.
Selain itu, terdapat pula kata-kata lain yang member sifat berfikir pada orang islam, yaitu ulul albab ( orang berfikiran ), ulu al-‘alim (orang berilmu),ulu al-absar (orang mempunyai pandangan), dan ulu al-nuha yang berarti orang bijaksana.
Dari uraian tersebut jelas bahwa kedudukan akal dalam islam sangatlah tinggi, dan akal pulalah yang membedakan manusia dengan makhluk Tuhan yang lain. Karena akalnyalah manusia dapat bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya dan akal dalam diri manusia itulah yang digunakan Tuhan sebagai pegangan dalam menentukan pahala atau hukuman pada seseorang.
Arti Penting Wahyu bagi Manusia
Sesungguhnya wahyu illahi merupakan sesuatu yang amat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Manusia perlu belajar untuk mengatur hidupnya. Untuk itu, ia sangatlah memerlukan petunjuk ( hidayah-Nya ). Bagaimana hal itu akan terwujud jika tanpa wahyu illahi?Jadi jelaslah bahwa wahyu ilahi merupakan suatu kebutuhan manusia yang amat penting disetiap saat.
Hubungan Akal dan Wahyu
Persoalan akal dan wahyu telah lama menjadi wacana dan perdebatan dikalangan intelektual muslim sejak abad ke-3 H, bahkan sampai sekarang masalah tersebut masih jadi bahan perbuncangan. Namun, keduanyamenjadi sangat hangatdiperdebatkan oleh para mutakalimin dan filosof. Isu ini menjadi sangat penting karena ia memiliki kaitan dengan argumentasi-argumentasi mereka dalam pembahasan konsep Tuhan, konsep ilmu, konsep etika dan lain sebagainya.
Filosof muslim terpenting yang berusaha membuktikan hubungan antara akal dan wahyu adalah Ibn Rushd penulis buku Fasl al-Maqal dan Ibn Taimiyyah penulis buku Dar Ta’arud al-‘aql wa an-Naql. Ibn Rushd mencoba menjelaskan ‘hubungan” sedangkan Ibn Taimiyyah berusaha menghindarkan pertentangan atau menjelaskan “kesesuaian”.Keduanya berasumsi bahwa akal dan wahyu tidaklah bertentangan.
Dalam membahas masalah akal dan wahyuIbn Rushd menggunakan prinsip hubungan ( ittisal ) yang dalam argumennya mencoba mencari hubungan antara akal dan wahyu. Argumennya adalah :
1. Menentukan kedudukan hukum daripada belajar falsafah. Menurutnya, belajar falsafah merupakan belajar ilmu tentang Tuhan, yaitu memikirkan sesuatu yang wujud yang merupakan pertanda adanya Tuhan.Karena wahyu menggalakkan aktivitas bertafakur tentang yang wujud tersebut. Sehingga belajar falsafah tersebut diperintahkan oleh wahyu.
2. Membuat justifikasi bahwa kebenaran yang diperoleh dari demonstrasi (al-burhan) sesuai dengan kebenaran yang diperoleh dari wahyu. Dia berargumentasi bahwa dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memerintahkan kita untuk menggunakan akal untuk memahami segala yang wujud.
Selain itu, Ibn Taimiyyah menjawab persoalan mengenai bagaimana jika akal dan wahyu mengalami pertentangan?Dari kesemua pembahasan Ibn Taimiyyah sekurang-kurangnya terdapat tiga prinsip utama untuk menjawab persoalan tersebut, yaitu :

1. Rasional atau Tradisional bukanlah sifat yang boleh menentukan sesuatu itu benar atau salah, diterima atau ditolak. Ia hanyalah metode atau jalan untuk mengetahui sesuatu.
2. Jika terjadi pertentangan antara akal dan wahyu, maka prioritas diberikan kepada wahyu dan menolak akal.Akal tidak mungkin diberi prioritaskarena melalui akal kebenaran wahyu itu dibuktikan.
3. Jika terjadi pertentangan antara proposisi akal dan wahyu, maka harus dikaji apakah proporsisi itu qat’i atau zanni.Jika keduanya berproposisi qat’i maka tidak mungkin terjadi pertentangan. Namun jika keduanya zanni, maka dipilih yang proposisinya lebih kuat ( rajah ).
Fungsi Akal dan Wahyu
Menurut aliran-aliran dalam ilmu kalam, fungsi daripada akal dan wahyu adalah sebagai berikut :

a. Menurut kaum Salafiah

Fungsi wahyu menurut kaum salafiah lebih tinggi dibandingkan fungsi akal. Jalan untuk mengetahui aqidah dan hukum adalah melalui wahyu Allah dan hadits nabi. Dalam hal ini akal berfungsi untuk menafsiri dan menguraikan al-Qur’an dan mentakwilkannya dalam batas yang diijinkan.
Jadi menurutnya, akal hanya menjadi saksi dan membenarkan penjelasan-penjelasan dalam al-Qur’an.

b. Menurut kaum Mu’tazilah

Kaum Mu’tazilah sangat berlebih-lebihan dalam meninggikan akal. Sehingga mereka menganggap bahwa fungsi akal lebih tinggi dibandingkan wahyu

c. Menurt Ahlu sunah wal Jama’ah

Mereka memegang pendirian faham Asyariyah yang berpendapat bahwa fungsi wahyu yang berupa al-Qur’an dan hadits Nabi menjadi pokok utama sedangkan akal sebagai penguat nash wahyu dan hadits.
Al-asyari tidak menjauhkan diri dari pemakaian akal tetapi ia menentang keras terhadap orang yang menganggap bahwa pemakaian akal tidak pernah disinggung oleh Nabi dalam membahas masala-masalah agama bahwa akal mempunyai kedudukan yang tinggi dibandingkan wahyu.
Jadi menurut Asyari, bahwa bagaimanapun juga wahyu dalam bentuk al-Qur’an dan hadist adalah dasar yang pokok disamping menggunakan akal pikiran agar dapat menguatkan nash dan hadits tersebut.

Jadi mengenai fungsi dari akal dan wahyu, banyak sekali pendapat yang diuraikan oleh aliran-aliran kalam yang kadang bertentangan antara satu sama lain. Namun pada dasarnya, keduanya mempunyai fungsi tersendiri dan keduanya tidak dapat dipisahkan pula.

A. Kesimpulan
Akal dan wahyu, keduanya merupakan karunia Allah kepada hamba-Nya, sebagai alat untuk menuju kebenaran. Keduanya saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Dalam wahyu ( al-Qur’an ) banyak ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk senantiasa berfikir dan bertadabur terhadap hal-hal yang wujud. sehingga tidak dapat di pungkiri bahwa akal dan wahyu saling berkaitan dan membutuhkan satu sama lain.

B. Kontribusi
Hendaknya dalam melaksanakan sesuatu, jangan hanya berdasarkan akal atau wahyu saja. Namun keduanya harus tetap kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari secara beriringan. Karena jelas bahwa Allahpun memerintahkan kita menggunakan akal tanpa melalaikan wahyu.



Daftar Pustaka

Mahmud, Ali Abdul Halim,Karakteristik Umat Terbaik. 1996. Jakarta : Gema Insani
Jabir, Abu Bakar,Aqidah Seorang Muslim. 1994.Jakarta : Mantia
Asmuni, Yusran,Ilmu Tauhid.1993. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Musthofa,dkk,Tauhid.2005.Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap.1992.Jakarta : PT Rineka Cipta
Nasution, Harun,Akal dan Wahyu dalam Islam.1986. Jakarta : UI-Press
www.idrusali85.wordpres.com

Oleh: Dwi hastuti Pungkasari

Sabtu, 09 Juli 2011

apa saja Dasar-dasar Teori Manajemen itu ?

Dasar Teori Manajemen

mengupload file ke Blog malalui Scribd

cara masukkin file pdf ke dalam blog (baik blogger maupun wordpress)....


1. Kunjungi website www.scribd.com.



2. Klik Sign Up untuk mendaftar, Masukkan data diri Anda.

3. Masuk ke akun e-mail Anda. Buka e-mail dari Scribd berjudul "Verify your e-mail address", klik link yang tersedia dan loginlah.

4. Langkah pertama adalah upload file pdf yang akan kita gunakan, yakni dengan cara pilih atau klik tab "PUBLISH click to choose file", lalu pilih file pdfnya.

5. Pada halaman "Describe Your Document", isilah isian dari judul dokumen hingga keywordnya, klik "Save".

6. Selanjutnya klik file pdf yang telah kita upload, lalu pilih tab "Share & Embed"(tab ini letaknya di kanan atas file pdf kita), lalu akan muncul empat pilihan menu (Share, Embed,Email n Read on Scribd), kita pilih menu "Embed".

7. Setelah memilih menu "Embed", selanjutnya kita pilih menu "Advanced...."(di cetak biru), kemudian pada menu "HTML Embed Code", untuk anda yang memiliki blog di blogger, pilih menu yang pertama lalu tekan atau klik tombol "Copy". Namun bagi anda yang memiliki blog di wordpress, pilih menu yang kedua lalu klik atau pilih trombol "Copy" .

8. Kemudian masuk ke blog anda(untuk blogger), lalu Klik "Buat Entri Baru", klik Tab "Edit HTML", masukkan kode dari Scribd tadi dengan menekan Ctrl + V atau klik kanan lalu Paste. Lalu tinggal kasih judul dan terbitkan entri. 

9. selesai dehhhh,,,

Selamat mencoba yaaaa

apakah tauhid Uluhiyah dan Rububiyah itu?

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri kita sendiri dan keburukan amal kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah tak akan ada orang yang sanggup menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan tak akan ada yang sanggup menunjukinya.
bahwasannya tiada ilah yang hak melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan-Nya. semoga Allah merahmati kita, ketahuilah bahwa perkara terbesar berkenaan dengan diutusnya para rasul dari yang pertama hingga terakhir adalah perintah untuk ibadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya (Tauhid), serta memperingatkan dan melarang peribadatan kepada selain Allah
      Demikianlah al-Qur’an dalam berbagai pembicaraan dan cerita yang dikemukakannya selalu menjelaskan bahwa tauhid adalah persoalan pokok yang diserukan oleh semua rasul. Setelah itu, baru turun hukum-hukum dan syari’at, turun penjelasan tentang halal dan haram. Karena itulah, Allah memerintahkan semua manusia untuk melakukan ibadah itu, bahkan penciptaan manusia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah saja, sebagaimana firman Allah;
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ [الذاريات 65]      
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Al-Qur’an membincangkan tentang al-amr (perintah) dan anbiya’ Allah (nabi-nabi Allah) kerana kedua-duanya ada kaitan dengan penciptaan dan kekuasaan Allah terhadap makhluk-Nya. Al-Qur’an menerangkan segala bentuk balasan baik (pahala) untuk mereka yang mentaati Allah, Rasul dan syariat-Nya. Semua ini untuk mengajak  mereka menegakkan Tauhid al-Uluhiyyah dan Tauhid   al-Rububiyyah.

B.Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
(i)
1. Bagaimanakah pengertian Tauhid ar-rububiyyah danTauhid al-uluhiyyah secara luas?
2.Faktor apa yang melatar belakangi Tauhid ar-rububiyyah danTauhid al-uluhiyyah di anggap sangat penting bagi umat manusia ?
C.Tujuan Pembahasan
1.Menambah kekayaan intelektual dalam khazanah hukum islam (Aqidah)  mengenai wawasan   Ilmu Tauhid.
2.Memperoleh pemahaman mengenai konsep materi Tauhid ar-rububiyyah danTauhid al-uluhiyyah.

TAUHID AR-RUBUBIYYAH DAN
TAUHID AL-ULUHIYYAH
1.Tauhid Ar-Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) baik mencipta, memberi rizki menghidupkan dan mematikan serta bahwasanya  Dia adalah Raja, Penguasa dan Yang mengatur segala sesuatu[1].ilmu tauhid di sebut sebagai ilmu al aqaid karena fokus pembicaraannya adlah tentang kepercayaan atau keimanan atau credos.[2]
       Kalimah tauhid membawa pengertian mengetahui, berikrar, mengakui dan mempercayai bahawa sesungguhnya sembahan yang benar dan berhak disembah ialah Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT)  semata-mata.
Selain daripada-Nya, sama sekali tidak benar dan tidak berhak disembah.Tauhid juga merupakan kewajiban pertama yang di perintahkan oleh Allahkepada hambaNya.[3] Penghayatan kalimah itu meliputi berikrar dengan hati, menyatakan dengan lidah dan membuktikan dengan perbuatan.Tauhid ar-Rububiyyah bermakna beri’tiqad bahawa Allah SWT  bersifat Esa, Pencipta, Pemelihara dan Tuan sekelian alam. Tauhid al-Uluhiyyah pula bermakna menjadikan Allah SWT sahaja sebagai sembahan yang sentiasa dipatuhi.
Tauhid rububiyyah yang tetap diyakini oleh orang-orang kafir tetapi tidak menjadikan mereka sebagai muslim. Pengertian tauhid ini adalah menetapkan bahwa Allah adalah Pencipta, Yang memberi rizki, Yang menghidupkan dan Yang mematikan, dan Yang mengurus seluruh persoalan. Dan penetapan hal-hal ini untuk Allah tidak menyebabkan mereka menjadi muslim, karena mereka masih menyembah berhala atau kuburan orang-orang yang shalih dengan mengadakan penyembelihan di tempat tersebut, memita pertolongan kepada mereka dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Kaum musyrikin mengakui bahwasanya hanya Allah semata Pencipta segala sesuatu, Pemberi rezeki, Yang memiliki langit dan bumi, dan Yang mengatur alam semesta, namun mereka juga menetapkan berhala-berhala yang mereka anggap sebagai penolong, yang mereka bertawasul dengannya (berhala tersebut) dan menjadikan mereka pemberi syafa’at, sebagaimana yang disebutkan dalam  ayat.[4]
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُوْنَا إِلَى اللهِ زُلْفَى [الزمر: 3].
Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".
Dalil yang menyebutkan bahwa orang kafir juga menetapkan tauhid rububiyyah adalah firman Allah :
ُلْ لِمَنِ اْلأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ () سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ () قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ () سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ () قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلاَ يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ () سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ [المؤمنون: 84 - 89].
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab) -Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (al-Mu’minun:84-89)
Adapun tauhid yang mereka tolak adalah tauhid ibadah kepada Allah. Orang-orang musyrik pada saat ini tetap meyakini tauhid rububiyyah ini, sehingga mereka tetap berdo’a kepada Allah di siang maupun malam hari, dengan penuh rasa takut dan harap. Tetapi kemudian mereka juga berdo’a kepada malaikat untuk kebaikan mereka, untuk lebih mendekatkan diri mereka kepada Allah, dan agar malaikat memberikan syafaat bagi mereka. Mereka juga berdo’a kepada orang-orang yang shaleh seperti para wali atau para nabi.
Sebagian ulama Salaf berkata: “Jika kalian tanya pada mereka : ‘Siapa yang menciptakan langit dan bumi ?’ Mereka pasti menjawab: ‘Allah.’ Walaupun demikian mereka tetap saja menyembah Tuhan akan tetapi mereka (orang kafir) menyembah  kepada selain-Nya.” [5]
       Pernyataan orang musyrik dalam tauhid rububiyyah tidak menjadikan mereka masuk ke dalam Islam, karena tujuan ibadah mereka adalah malaikat, para nabi dan para wali; Peribadatan itu dilakukan dengan harapan mendapat syafaat dari mereka, dan untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah. Hal itulah yang menyebabkan halal darah dan harta mereka untuk diperangi.
Orang-orang musyrik di zaman kita saat ini telah melakukan kekufuran yang lebih besar dari kekufuran di zaman Nabi saw. Mereka menyekutukan Allah dalam hal perundang-undangan. Mereka tunduk pada ketentuan bahwa Allah adalah Yang membagi rizki, Dia yang menghidupkan dan mematikan, Dia Yang menurunkan hujan dari langit, Yang menumbuhkan  rerumputan dan menyiraminya, Dia menjadikan anak laki-laki bagi orang-orang yang Dia kehendaki, Dia yang menentukan jodoh mereka, baik laki-laki maupun perempuan, dan Dia menjadikan mandul bagi orang yang Dia kehendaki. Mereka yakin bahwa semua hal-hal tersebut adalah hak Allah, bukan hak raja atau presiden mereka. Tetapi dalam tasyri’ (pembuatan undang-undang), memerintah dan menentukan hukum pelaksananya adalah dari pihak mereka. Jadi hakekatnya hak itu adalah milik pemimpin mereka, thaghut mereka, atau ilah-ilah mereka yang ada di bumi. Maka mereka berada dalam kemusyrikan sebagaimana kaum kafir Quraisy, hanya saja mereka menambahkan kekufuran itu dalam bentuk lebih mengagungkan perintah, hukum, perundang-undangan dari berbagai ilah dan rabb mereka yang yang ada di bumi dari pada hukum dan perundang-undangan Allah. Maka celakalah orang yang lebih kufur daripada Abu Jahal dan Abu Lahab.
Pengertian Lanjut Tauhid ar-Rububiyyah
Antara pengertian kalimah Rabb  ialah:
1.    As-Sayyid (Tuan)
                                    5.    Pendidik              
2.    Al-Malik (Yang Memiliki)
                       6.    Pengasuh
3.    Pencipta
                                                   7.    Penjaga
4.    Penguasa                                                  8.    Penguat kuasa

A.Allah  Bersifat Mutlak
          Manusia, jika dia bersifat seperti memiliki dan berkuasa, maka sifatnya itu sementara. Segala sesuatu di alam ini kepunyaan Allah. Apa yang dimiliki makhluk hanyalah bersifat pinjaman dan majaz (kiasan). Hanya Allah sebagai Rabb al-’Alamin (Rabb sekelian alam) dan mempunyai segala sifat kesempurnaan. Dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna mengakibatkan seluruh makhluk bergantung kepada-Nya, memerlukan pertolongan-Nya dan berharapkepada-Nya.
         Manusia, jika dia cerdik, bijak dan pandai, maka semuanya itu datang daripada Allah. Segala kekayaan dan penguasaan manusia bukanlah miliknya yang mutlak tetapi datang daripada Allah.Manusia dijadikan hanya sebagai makhluk. Dia tidak memiliki apa-apa melainkan setiap kuasa, tindak-tanduk, gerak nafas dan sebagainya datang daripada Allah.Allah, Dialah Maha berkuasa, mencipta, menghidup dan mematikan. Dia berkuasa memberikan manfaat dan mudarat. Jika Allah mahu memberikan manfaat dan kelebihan kepada seseorang, tiada siapa mampu menghalang atau menolaknya. Jika Allah mahu memberikan mudarat dan keburukan kepada seseorang seperti sakit dan susah, tiada siapa dapat menghalang atau mencegahnya.Oleh itu hanya Allah sahaja ‘mutafarriq’, bermakna hanya Allah yang berkuasa untuk memberikan manfaat atau mudarat.
Firman Allah SWT:“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tiada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dialah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”
(Al-An’am: 17)
Dengan sifat-sifat Allah tersebut, maka timbullah kesan tauhid kepada seseorang. Dia hanya takut kepada Allah, dan berani untuk bertindak melakukan sesuatu kerana keyakinannya kepada Allah.

B.Dalil-Dalil Tauhid ar-Rububiyyah
Banyak dalil menunjukkan bahawa Allah itu Maha Esa dan tiada sesuatu menyamai Allah dari segi Rububiyyah. Antaranya:
1.Lihatlah pada tulisan di papan hitam, sudah pasti ada yang menulisnya. Orang yang berakal waras akan mengatakan bahawa setiap sesuatu pasti ada pembuatnya.
2. Semua benda di alam ini, daripada sekecil-kecilnya hinggalah sebesar-besarnya, menyaksikan bahawa Allah itu adalah Rabb al-’Alamin. Dia berhak ke atas semua kejadian di alam ini.
3.Susunan alam yang mengkagumkan, indah dan tersusun rapi adalah bukti Allah Maha Pencipta. Jika alam boleh berkata-kata, dia akan menyatakan bahawa dirinya makhluk ciptaan Allah. Orang yang berakal waras akan berkata bahawa alam ini dijadikan oleh satu Zat Yang Maha Berkuasa, yaitu Allah. Tidak ada orang yang berakal waras akan menyatakan bahawa sesuatu itu boleh berlaku dengan sendiri.
Begitulah hebatnya Ilmu Allah. Pandanglah saja kepada kejadian manusia dan fikirkanlah betapa rapi dan seni ciptaan-Nya.terdapat seribu satu macam ciptaan Allah yang memiliki sifat yang berbeda-beda antara satu sama lain. Semuanya menunjukkan bahawa Allah adalah Rabb yang Maha Bijaksana .

D.Fitrah mengakui Rububiyyah Allah
Berikrar dan mengakui akan Rububiyyah Allah adalah suatu perkara yang dapat diterima. Hakikat ini terlintas dalam setiap fitrah manusia. Meskipun seseorang itu kafir, namun jauh di lubuk hatinya tetap mengakui Rububiyyah Allah SWT. Firman Allah SWT:  
“Dan jika kamu bertanyakan mereka tentang:  Siapakah pencipta langit dan bumi?  Nescaya mereka menjawab: Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa dan Yang Maha Mengetahui.”(Az-Zukhruf: 9)
(5)
Tidaklah susah  untuk membuktikan Rububiyyah Allah SWT. Fitrah setiap insan adalah buktinya. Manusia yang mensyirik dan mengkufurkan Allah juga mengakui ketuhanan Allah Yang Maha Pencipta.
E.Al-Quran mengakui adanya Tauhid ar-Rububiyyah di dalam jiwa manusia
Al-Quran  mengingatkan bahawa fitrah atau jiwa manusia memang telah memiliki rasa mau mengakui Allah Rabb al-’Alamin. Firman Allah SWT:  
“Dan mereka mengingkarinya kerana kezaliman dan kesombongan (mereka) pada hal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.”(An-Naml: 14)
Keengganan dan keingkaran sebahagian manusia untuk mengakui kewujudan Allah sebagai al-Khaliq (Yang Maha Pencipta), sebenarnya didorong oleh perasaan sombong, degil (‘inad) dan keras hati. Hakikatnya, fitrah manusia tidak boleh kosong daripada memiliki perasaan mendalam yang mengakui kewujudan al-Khaliq.
Jika fitrah manusia bersih daripada sombong, degil, keras hati dan selaput-selaput yang menutupinya, maka secara spontan manusia akan terus menuju kepada Allah tanpa bersusah payah untuk melakukan sebarang pilihan. Secara langsung lidahnya akan menyebut Allah dan meminta pertolongan daripada-Nya.telatah manusia, apabila berada di saat-saat genting, tidak akan terfikir dan terlintas sesuatu di hatinya kecuali Allah sahaja. Ketika itu segenap perasaan dan fikirannya dipusatkan kepada Allah semata-mata. Benarlah Firman Allah SWT:
 
“Dan apabila mereka dilambung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan keikhlasan kepada-Nya, maka ketika Allah menyelamatkan mereka lalu sebahagian daripada mereka tetap berada di jalan yang lurus. Dan tiada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain golongan yang tidak setia lagi ingkar.” (Luqman: 32)
.


2.TAUHID AL-ULUHIYYAH

A.Pengertian Tauhid Al-Uluhiyyah

Tauhid ini adalah tauhid yang diserukan oleh para rasul yang mulia agar manusia menetapkan dan mentaati tauhid uluhiyah. Makna Tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan allah dalam peribadatan. Maksud Tauhid al-Uluhiyyah ialah kita mentauhidkan Allah dalam peribadatan atau persembahan. Allah SWT mengutuskan para rasul bertujuan menyeru manusia  menerima Tauhid al-Uluhiyyah. Tentang uluhiyah (ketuhana),dapat di artikan dengan lafadz illah[6]. Adapun macam-macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah antara shalat, zakat, puasa, hajji, dan juga berdo’a, sebagaimana firman Allah.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ  
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (al-Mukmin:60).
Segala sesuatu yang diikuti, ditaati, dimintai keputusan hukum selain dari Allah baik ia dari golongan syetan, manusia yang masih hidup maupun yang sudah mati, binatang, benda-benda mati seperti batu, pohon atau planet (bintang), baik disembah dengan mengorbankan binatang, berdo’a kepadanya, atau shalat kepadanya, maka ia menjadi thaghut yang disembah selain dari Allah[7]. Adapun orang yang mentaati, mengikuti dan meminta putusan hukum kepada selain Allah, maka ia menjadi hamba thaghut[8].
Iman kepada thaghut terjadi karena berpaling dari salah satu bentuk ibadah kepada Allah atau
karena berpaling dari meminta keputusan hukum kepada-Nya. Dan kufur kepada thaghut terjadi dengan cara meninggalkan ibadah kepadanya, meyakini kebathilannya, tidak meminta keputusan hukum kepadanya, memusuhi hamba thaghut, mengkafirkan dan memerangi mereka.
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. (al-Anfal:39).
Maka kufur terhadap thaghut adalah rukun pertama di antara rukun tauhid, berdasarkan kepada dua hal:
Pertama, berdasarkan pada nash-nash syara’ yang mendahulukan penyebutan kufur terhadap taghut daripada iman kepada Allah, sebagaimana di dalam firman Allah,
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.(al-Baqarah:256).
Demikian juga dalam ucapan syahadat tauhid, laa ilaha illallah. Dalam ucapan itu lebih didahulukannya penafian terhadap ilah bisa difahami sebagai bentuk kufur terhadap thaghut lebih dikedepankan daripada penetapan (itsbat) yang bermakna iman kepada Allah.
Kedua, dan inilah yang lebih penting, bahwa iman dan amal shalih lainnya apabila tidak disertai dengan kekufuran terhadap thaghut manjadi tidak ada manfaatnya bagi pelakunya. Seorang yang beriman kepada Allah dan juga beriman kepada thaghut maka ia seperti orang yang membawa sesuatu dan lawannya dalam waktu yang sama, maka akibatnya pelaku itu tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari imannya dan dari amal shalih yang dilakukannya sampai ia mengingkari thaghut, sebagaimana firman Allah:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (al-An’am:88)
Maka apabila seseorang berpaling dari ketaatan kepada Rasulullah saw, dan menolak untuk mengikutinya, maka ia termasuk golongan orang kafir.
(8)
Seseorang tidak akan menjadi mukmin kecuali ia bertahkim kepada Rasulullah saw. Ibnu al-Qayyim berkata ketika menafsirkan ayat; Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan (an-Nisa’:65) Allah bersumpah dengan diri-Nya sendiri yang Maha Suci, sumpah yang digunakan untuk menekankan penafian iman seseorang sehingga mereka berhukum kepada Rasulullah di dalam setiap persoalan yang terjadi di antara mereka, baik yang bersifat ushul (prinsip) mapun furu’ (cabang), dalam hukum syara’, tempat kembali, seluruh sifat dan lain-lainnya. Dan tidak ditetapkan adanya iman kalau hanya bersedia meminta keputusan kepada Rasulullah sehingga di dalam jiwa mereka tidak ada perasaan berat dan hati. Sebaliknya hati mereka terasa lapang, senang, puas, dan menerima keputusan itu dengan sepenuh hati. Dan tidak ditetapkan adanya iman itu sehingga ia menerima keputusan rasul dengan penuh keridlaan, penyerahan diri, tidak ada keinginan untuk membantah dan tidak ingin berpaling dari keputusan itu.
B.Cetusan Rasa Cinta Kepada Allah
Menyembah atau beribadah kepada Allah dapat dilaksanakan apabila tercetus rasa cinta yang suci kepada Allah dan rela (ikhlas) menundukkan diri serendah-rendahnya kepada-Nya. Seseorang hamba itu disifatkan sedang menyembah Allah apabila dia menyerahkan seluruh jiwa raga kepada Allah, bertawakkal kepada Allah, berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Allah, berpaut kepada ketentuan Allah, meminta serta memulang (menyerah) sesuatu hanya kepada Allah, berjinak-jinak dengan Allah dengan cara sentiasa mengingati-Nya, melaksanakan segala syariat Allah dan memelihara segala perlakuan  menurut cara-cara yang di ridhai Allah.

C.Ubudiyyah Yang Semakin Bertambah
Pengertian ‘ubudiyyah (pengabdian) kepada Allah akan bertambah sebati dan hebat kesannya dalam kehidupan manusia apabila semakin mendalam pengertian dan keinsafannya tentang hakikat bahawa manusia itu terlalu fakir di hadapan Allah. Manusia sentiasa bergantung dan berhajat kepada Allah. Manusia tidak boleh terlepas daripada kekuasaan dan pertolongan Allah walaupun sekelip mata.
(9)
Begitu juga dengan cinta atau kasih (hubb) manusia kepada Allah dan rasa rendah diri (khudu’) manusia kepada Allah yang akan bertambah teguh apabila semakin mantap ma’rifat dan kefahamannya terhadap sifat-sifat Allah, Asma’  Allah al-Husna (sifat-sifat Allah yang terpuji), kesempurnaan Allah dan kehebatan nikmat kurniaan Allah.
Semakin terisi telaga hati manusia dengan pengertian ‘ubudiyyah terhadap Allah semakin bebaslah dia daripada belenggu ‘ubudiyyah kepada selain daripada Allah. Seterusnya dia akan menjadi seorang hamba yang benar-benar tulus dan ikhlas mengabdikan diri kepada Allah. Itulah setinggi-tinggi darjat yang dapat dicapai oleh seseorang insan.
Allah telah menggambarkan di dalam al-Qur’an keadaan para rasul-Nya yang mulia dengan sifat-sifat ‘ubudiyyah di peringkat yang tinggi. Allah telah melukiskan rasa ‘ubudiyyah Rasulullah SAW pada malam sewaktu wahyu diturunkan, ketika baginda berda’wah dan semasa baginda mengalami peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
 
Konstribusi Materi Tauhid al-Rububiyyah menghubungkan Tauhid Al-Uluhiyyah Dalam Upaya Mencapai Tauhidullah
Seperti yang telah dinyatakan di atas, Tauhid al-Rububiyyah ialah mengakui keesaan Allah sebagai Rabb, Tuan, Penguasa, Pencipta dan Pengurnia secara mutlak. Tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam  Rububiyyah.sesungguhnya kesanggupan dan kesediaan manusia mentauhidkan Allah dari segi Rububiyyah dengan segala pengertiannya akan menghubung atau menyebabkan manusia mengakui Tauhid al-Uluhiyyah iaitu mengesakan Allah dalam pengabdian. Secara spontan pula manusia akan mengakui bahawa Allah sahaja layak disembah, selain daripada-Nya tidak layak disembah walau dalam apa bentuk sekalipun.
Dengan tauhid yang kuat, maka akan terbentukkan berbagai dorongan yang ada dalam jiwa manusia. Dia akan takut hanya kepada Allah SWT dan berani mempertahankan keyakinannya seperti yang dipersaksikan dalam sirah Rasulullah dan para sahabat:
(10)
1.Rasulullah SAW pernah memerintahkan Ali RA agar tidur di atas katilnya sebelum baginda keluar berhijrah ke Madinah, sedangkan musuh Islam begitu giat mengintip. Namun Sayyidina Ali sanggup berbuat mengikut perintah Rasulullah SAW kerana beliau yakin atas Kehendak dan Kekuasaan Allah.
2.Khalid Ibn al-Walid RA pernah mengalami banyak cacar dan luka pada badannya kerana berperang di jalan Allah. Namun dia tetap yakin dengan Kekuasaan Allah. Dia tetap meneruskan pertempuran melawan musuh.
3. Bilal bin Rabah RA sanggup diheret di padang pasir, dijemur di bawah kepanasan matahari dan disiksa dengan batu besar diletakkan di atas tubuhnya. Dia tetap mempertahankan keimanannya.
Kini, ramai manusia yang kehilangan keyakinan ini. Mereka masih yakin kepada yang lain daripada Allah. Mereka takut kepada kegagalan, ketua, kematian dan sebagainya.Oleh itu menjadi kewajipan bagi pendakwah-pendakwah Islam untuk mengembalikan manusia kepada keyakinan yang betul.



PENUTUP
A.Kesimpulan
Pada dasarnya pengutusan para rasul bertujuan untuk mengesakan Allah dalam Tauhid al-Rububiyyah dan Tauhid al-Uluhiyyah. Dialah Tuhan Rabb al-’Alamin dan Tuhan para Rasul tersebut. Tiada tuhan yang sebenar melainkan Allah.Tauhid al-Rububiyyah dan Tauhid al-Uluhiyyah menjelaskan kekuasaan Allah yang Maha Suci dalam pentadbiran urusan makhluk-Nya. Allah Pengurnia kemaslahatan dan kebaikan. Allah Penentu al-amr (perintah). Allah-lah Pengutus ar-Rasul untuk makhluk-Nya.
B.Saran
Dengan tauhid yang kuat, maka akan terbentukkan berbagai dorongan yang ada dalam jiwa manusia. Dia akan takut hanya kepada Allah SWT dan berani mempertahankan keyakinannya,dengan mengetahui arti dari Tauhid ar-rububiyyah danTauhid al-uluhiyyah manusia tidak berbuat syirik kepada Allah SWT.

C.Kata Penutup
Syukur Alhamdulillah berkat rahmat,taufiq dan hidayah serta inayah dari Allah SWT penulisan makalah yang berjudul tentang “Tauhid:Rububiyyah dan Uluhiyyah”dapat terselesaikan dengan baik.
       Demi kesempurnaan makalah ini,saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca dan pemerhati pendidikan gerakan pramuka senantiasa kami harapkan.
       Akhir kata,dengan mengharap ridlo dari Allah SWT sehingga makalah ini memberi manfaat bagi penulis,para pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan. Amiin…

(12)
DAFTAR PUSTAKA

Ø  Nasution,Harun,Teologi Islam;Aliran-Aliran Sejarah,Analisa Perbandingan, Jakarta: Universitas  Indonesia,1978(Hal Ix).
Ø  Al-Allamah Asy-Syaikh Ja’far Subhani,Tauhid Dan Syirik;Studi Krisis Faham Wahabi,Bandung:Mizan,1985(Hal 56).
Ø  Muhammad Abduh,Risalah Tauhid,Jakarta:Bulan Bintang,1996
Ø  Zainuddin,Ilmu Tauhid Lengkap,Jakarta:PT Rineka Cipta,1996.
Ø  Jabir, Abu Bakar, Al-Jazairi,Aqidatul Mukminin,Jakarta:Pustaka Mantiq,1994(Hal 87).
Ø  Al-furaiyan,Walid, bin ‘Abdirrahman, Ibnu Katsir dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Atha’, Ikrimah, asy-Sya’bi, Qatadah dan lainnya. Fat-hul Majiid Syarh Kitabit Tauhiid (hal. 39-40).
Ø  www.wikipedia.com di http://tauhid rububiyyat dan illahiyyat,di akses pada hari Sabtu,20 maret 2011.











[1] Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi,Aqidatul Mukminin,Jakarta:Pustaka Mantiq,1994,Hal 87
[2] Harun Nasution,Teologi Islam;Aliran-Aliran Sejarah,Analisa Perbandingan,Jakarta:Universitas Indonesia,1978,Hal Ix
[3] Chafiz Bin Achmad Ckukmiy,Ma’arij Al Qobul Bi Syarchi Silmi Al-Wushul ‘Ila ‘Ilmi Al Ushul,Mekkah:Dar Ibnu Al-Qayyim,1990,Hal 98.

(1)
[4] Lihat QS. Yunus: 18, az-Zumar: 3, 43-44.
(2)
[5] Disebutkan oleh Ibnu Katsir dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Atha’, Ikrimah, asy-Sya’bi, Qatadah dan lainnya. Lihat Fat-hul Majiid Syarh Kitabit Tauhiid (hal. 39-40) tahqiq Dr. Walid bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al-Furaiyan.
(3)
[6] Al-Allamah Asy-Syaikh Ja’far Subhani,Tauhid Dan Syirik;Studi Krisis Faham Wahabi,Bandung:Mizan,1985 Hal 56
[7]   Dia dikatakan thaghut apabila menerima penyembahan dengan senang hati
[8] Menurut pendapat yang dinukil dari Imam Malik, bahwa thaghut adalah segala sesuatu selain Allah yang disembah.

(7)

Pengikut