Jumat, 23 Desember 2011

Alam dan penciptanya


6. Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?
7. Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,
8. Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).

Perhatikan ayat diatas, Allah begitu indah menggambarkan keindahan alamnya. Langit, yang berada diatas, sebagai atap yang tidak disangga sdikitpun dengan penyangga. Dan keindahan itu di tambah lagi dengan tidak adanya retakan-retakan sedikitpun. Ini merupakan bukti akan ciptaan Allah yang begitu sempurna, yang tak seorang pun mampu untuk menandinginya.
Ayat selanjutnya yakni ayat ketujuh dari surat al-hujarat tersebut menggambarkan Bumi yang Allah hamparkan. Yang kemudian bumi itu di hiasi dengan gunung-gungung yang kokoh yang kemudian Allah tancapkan sebagai pasak agar bumi ini tidak mudah goncang, yang kemudian menjadi sempurna lagi ketika bumi dan gunung-gunung itu Allah tumbuhkan berbagai macam tumbunhan yang hijau yang enak dipandang oleh setiap mata yang memandangnya.
Dan Ayat yang kedelapan  itu merupakan tujuan Allah tentang penciptaan Nya yang berupa keindahan Alam tersebut sebgai pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba-Nya. Adanyanya alam dan segala isinya merupakan pelajaran dan peringatan bagi semua mahluk yang hidup di  muka bumi ini. Alam, Allah jadikan sebagai pelajaran agar manusia itu dapat selalu mengambil pelajaran dari alam itu sendiri.dan Allah jadikan Alam itu pula sebagai peringatan agar manusia itu tidak sombong berjalan di muka bumi ini, karena yang patut sombong itu hanyalah Allah semata.        

Bukti-Bukti Masuknya Islam di Jawa


A.      Bukti Pertama Islam di Jawa
Maksudnya islam dijawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil telaah yang sangat beragam. Ada yang mengatakan islam masuk kejawa sebagaimana islam datang kesumatra, yang diyakini abad pertama hijriah atau abad ke-7 masehi. Setidaknya pendapat ini disokong oleh Hamka, dengan alasan adanya berita dari berita cina yang mengisahkan kedatangan utusan raja Ta Cheh, menurut hamka, adalah raja arab dan khalifah saat itu adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Peristiwa itu terjadi pada saat muawiya melaksanakan pembangunan kembali aramada islam. Ruben levy menyatakan bahwa jumlah kapal yang dimiliki oleh muawiyah pada 34 H atau 654/655 M adalah sekitar 5000 buah.tentu kapal armada ini berfungsi pula untuk melindungi armada niaganya. Oleh karena itu, tidaklah mustahil pada tahun 674 M muawiyah dapat mengirim dutanya ke Kalingga.[1]
Dalam bentuk artefak kita dapatkan bukti-bukti itu dalam bentuk makam (batu nisan), masjid, ragam hias, dan tat kota.
1.    Makam
Bukti sejarah yang paling faktual barankali adalah ditemukannya batu nisan kubur Fatamah binti Maemun di Leran gersik yang berangka tahun 475 H (1082 M): Moqoutte seperti dikutip sartono kartdojo mengatakan bahwa batu nisan itu mungkin merupakan bukti yang kongkrit bagi kedatangan islamdi Jawa.[2]
Pada nisan makam itu tercantum prasaati behuruf dan berbahas arab, yang menyatakan bahwa makam itu adalah kuburan Fatimah binti maimun bin Habatallah yang meninggal pada tanggal 7 rajab 475 H bertepatan dengan tanggal 1 desember 1082 M, ytang berarti masih pada zaman Kediri (1042-1222).[3] Dikampung gapuro kota gersik juga terdapat makam kuno, yaitu kubur Malik Ibrahim yang meninggal tanggal 12 robiul awal 822 H. Bertepatan tanggal 8 april 1419.[4] Sementara itu, Ricklefs dalam urainnya mengatakan bahwa serangkain batu nisan yang sangat penting ditemukan di kuburan-kuburan di Jawa timur yaitu di Truwullan dan Troloyo, didekat situs majapahit yang besifat hindu-Budha. Batu-batu itu menunjukan makam orang muslim, tetapi lebih banyak menggunakan angka tahun saka India dengan angka-angka jawa kuno pada batu-batu nisan itu menunjukan bahwa hampir dapat dipastikan
Kalau makam-makam itu merupakan tempat penguburan orang-orang msulim jawa, dan bukan merupakan kuburan orang asing. Batu nisan yang pertama ditemukan di Triwulan memuat angka tahun saka 1290 (1368-1369 M) di troloyo ada beberapa batu nisan yang angka tahunnya berkisar antar 1298 saka sampai 1533 saka. Batu-batu itu memuat kutipan-kutipan dari Al-Qur’an dan formula-formula yang salih. Berdasarkan rumitnya hiasan yang terdapat pada beberapa batu nisan dan lokasinya yang dekat dengan situs ibu kota Majapahit, maka dinamis seperti kutipan Ricklefs menarik kesimpulan bahwa batu-batu nisan itu mungkin menandai kuburan-kuburan orang jawa yang terhormat, bahkan ada kemungkinan anggota keluarga raja.
2.    Masjid
Sumber sejarah dalam bentuk arkeologi yang berupa bangunan masjid juga banyak ditemukan di Jawa. Berdirinya sebuah masjid di suatu wilayah akan memberikan petunjuk adanya komunitas muslim  di wilayah tersebut. Masjid menjadi tempat utama tidak saja dalam beribadah kepada Tuhan, tetapi lebih dari itu msjid dikalangan umat islam berfungsi sebagai Islamic Center. Hal yang sama fungsi itu juga tampak pada masjid-masjid yang didirikan oleh Rasulullah. Untuk menyebut masjid-masjid di Jawa yang awal memang membutuhkan penelitian tersendiri (mungkin masjid Demak bisa menjadi contoh). Namun, kalau kita lihat dari corak arsiteknya, masjid-masjid dijawa pada garis besarnya beratap tumpang, berdenah persgi, berukuran relatif besar, terdiri atas ruang utama, pawatren- serambi,mempunyai ruang mihrab, ada tempat mengambil air wudhu, ada kolam didepan serambi, dan mempunyai pagar keliling. Selai itu, didalam bangunan mesjid terdapat beberapa kelengkapan tergantung pada jenis masjidnya. Antara lain: mimbar maqsuro, bedug, kentongan. Tentang menara, masjid kuno dijawa kebanyakan justru tidak memilikinya. Masjid-masjid kuno di jawa tidak banyak mempunyai ornamentasi, kecuali pada mimbarnya.[5]
Lebih jauh, G.F. Pijper menjelaskan bahwa ciri khs masjid si Jawa (masa kemudian munculnya kekuasaan politik islam) ialah dibangun di sebelah barat alun-alun, saebuah lapangan persegi yang di tanami rumput, dan terdapat hampir di semua kota kabupaten dan kecamatan.
3.    Ragam Hias
Dengan diterimanya ajaran islam sebagai penutup agama yang baru di Jawa, lahirlah beberapa ragam hias baru, yaitu kaligrafi, dan stiliran. Epitaph pada beberapa nisan kubur Troloyo menunjukan adanya kesalahan-kesalahan penulisan tanda vokal, bentuk huruf arab yang tidak mengalir dengan luwes. Prasati huruf arab pada makam fatimah binti maemun yang jauh lebih tua justru menampakan segi keindahannya. Dan dapat digolongkan ke dalam huruf arab gaya kufi. Namun prasasti dengan angka-angka jawa Kuno pada nisan-nisan troloyo tampak luwes, tidak kaku.
Selain munculnya ornamentasi dengan menggunakan huruf-huruf arab, munculnya pula ragam hias baru, yaitu stiliran penggayaan terhadap ragam hias binatang. Dalam ragam hias baru ini binatang sebagai motif utama digayakan dengan menggunakan ragam hias tumbuhan sedenmikian rupa sehingga seringkali untuk mengidentifikasinya harus dilakukan pengamatan secara cermat. Contoh-contoh yang bagus ditampilkan antara lain pada sebagian panil relif di mantingan gapura B di Sendangduwur.
4.    Tata Kota
Dalam masa islam, di Jawa muncul kota-kota baru di Wilayah pantai an pedalaman seperti Demak, irebon, Banten, Pajang, Dan Kota Gedhe. Kota-kotaitu ada yang masih hidup terus, dan ada pula yang sudah mati hampir tidak berekas lagi. Akan tetapi, dari data arkeologi yang terkumpul dapat diketahui komponen utama kota-kota tersebut, yaitu keraton, alun-alun, masjid agung, pasar, pemukiman penduduk, pemakaman, serta sarana pertahanan keamanan.
Sebenarnya dari data arkeologi itu masihdapat disebutkan suatu candi. Di daerah porong jawa timur terdapat sebuah candi peri yang menurut soekmono memiliki keganjilan karena bercorak cempa. Namun candi ini merupakan peninggalan jaman Majapahit yang hindu, sehingga tidak kami masukan. Tapi kerena adanya keterkaitan dengan putri darawati dari cempa yang benyak disinggung historiografinya tradisional, maka akan di jelaskan di lain waktu.
B.       Alur penyebaran islam di jawa
Sulit untuk mengetahui tokoh yang pertama kali memperkenalkan islam di jawa dari fakta sumber tradisional, meskipun kenyataannya banyak ditemukan dalam bentuk nisan bertulis yang menunjukan adanya pengaruh agama islam. Akan tetapi hal itu dapat ditelusuri melalui alur hubungan negeri cemppa yang menurut hemat kami ada beberapa naskah mengatakan bahwa  cempa telah terlebih dahulu memeluk agama islam, maka ketika itu terjadi hubungan perkawinan cempa majapahit, orang-orang pendatang dari cempa telah nasuk islam. Hal ini juga didukung dengan pemakaman putri cempa yang mengikuti ajaran islam. Di samping beberapa temuan ricklefs terhadap beberapa makam situs istana majapahit, yang akhirnya rifklefs sampai pada kesimpulan bahwa makam-makam tersebut adalah makam-makam orang muslim. Dari tahun-tahun yang tertulis menunjukan bahwa tahun-tahun dalah masa majapahit sedang dalam puncak kejayan. Puncak kejayaan majapahit pada saat dipegang oleh hayam Wuruk dengan patih gajah mada yang sangat terkenal. Juga dotemukannya bukti candi peri yang bercorak cempa, yang dibangun pada masa Hayam Wuruk bertahta.
Generasi muslim berikutnya yang kemudian berperan besar sebagai tokoh penyebar islam yang sangat berjasa adalah rombongan Raden Rahmat dari Cempa. Mereka ini lah yang kemudian banyak disebut tokoh generai awal yang menjadi penyebar islam di Jawa.
Dari segi alur wilayah pengislaman di Jawa, maka dapat diketahui bahwa wilayah jawa timur terlebih dahilu menerima islam. Wilayah itu antara lain Triwulan, Gresik, Tuban, Ampel dan lingkungan Istana Majapahit. Adapun wilayah jawa tengah yang terlebih dahulu menerima islam, menurut hemat kami, adalah jepara, Kudus dan daerah alas roban, batang. Jepara dn kudus melalui tokoh Raden Rahmat, sedangkan alas roban atau batang melalui perjalanan raden patah.
Media yang digunakan dalam penyebaran ajaran islam masa awal adalah memanfaatkan jalur perdagangan dan perkawinan. Disamping juga melalui pesantren sebagaimana terjadi pada darwati rahmat dengan Wilatika yang menurut hikayat hasanudin putri itu bernama Nyai Gede Nila.[6]




[1] AM. Suryonegoro, Menemukan sejarah (Bandung: Mizan). 995, hal. 88
[2] Sartono kartodirji dkk, sejarah nasional indonesia, jilid III, (DEPDIKBUD), 1975, hlm. 89
[3] Dr. R. Soekmono, Pengantarsejarah Kebudayaan Indonesia 2, Pn. Kanisius, Yogyakarta, 1994, hlm 57
[4] Inajati AM Romli,  Islam dan Kebudayaan jawa, sutu kajian arkeologi, makalah dari yayasan Javanologi Yogyakarta, hlm 3
[5] Inajati Romli, Ibid. Hlm. 6
[6] Wasit dkk. Penyebar agama islam di Jawa. IAIN Walisongo. Semarang. 1998

Peoblematika pelaksanaan pendidikan di TPA An-Nur masjid At-Taqwa


A.    Gambaran umum TPA An-Nur Masjid At-Taqwa
TPA An-Nur masjid At-Taqwa terletak di jalan Babarsari no 24 di sekitar perumahan PJKA. Masjid At-Taqwa itu sendiri terletak di jalan babarsari, Komplek perumahan PJKA no 24 RT 14 RW 04. TPA ini berdiri sejak masjid ini, yang dahulu masih bernama Musholla. Didirikan oleh takmir masjid At-Taqwa yang pada saat itu di ketuai oleh Bapak Nawiyo Wsp, hingga sekarang.
Sedikit tentang masjid At-Taqwa, bahwa masjid itu di jaga oleh mahasiswa-mahasiswa UIN SUKA. Dan ada juga mahasiswa lain yang mau tinggal di masjid itu dan menjadi Takmirnya. Dan sebagian dari mereka yang dahulu tinggal di masjid kini ini telah bekerja dan berkeluarga. Saat ini masjid itu dijaga oleh 6 orang, 5 diantaranya ialah mahasiswa UIN.  
Santriwan dan santriwati yang mengaji di TPA ini berasal dari lingkungan sekitar masjid. Kebanyakan mereka berasal dari perumahan KOMPLEK YADARA, dimana perumahan tersebut tidak jauh dari masjid At-Taqwa itu sendiri. Ada juga yang datang dari tambak bayan yang masih berada di sekitar masjid.  
Para santri sangat antusias ketika mengikuti kegiatan TPA ini, karena para pengajar yang profesional dalam membimbing para santrinya, mereka didatangkan dari Pondok Pesntren Wahid Hasim, untuk mengajar di TPA tersebut.
Adapun materi yang di ajarkan di TPA tesebut meliputi : baca tulis Iqra’ dan Al-Qur’an, Tajwid, Fiqh, Akhlak dan cerita-cerita para Nabi. Semua materi tersebut di ajarkan sesuai dengan jadwalnya. Adapun kegiatan belajar mengajar TPA ini dilaksanakan di lantai satu masjid At-Taqwa. Kegiatan TPA An-Nur di laksanakan selama satu minggu penuh setelah shalat Ashar.
Namun seiring berjalannya waktu, dengan berbagai kendala yang dihadapi, TPA AN-Nur sekarang ini hannya dilaksanakan pada Bulan Ramadhan saja, selama satu bulan penuh. akan tetapi tetap saja antusias para santriwan dan santriwati tidak berkurang.
Lingkungan TPA An-nur adalah lingkungan yang terhitung moderen. Lingkungan komplek perumahan, dimana orang tua terhitung mampu semua, serta lingkungan sekitar yang sudah banyak terdapat warung-warung internet yang menawarkan game-game on ilne. Dengan melihat keadaan seperti ini, ini membutuhkan perhatian yang besar dari orang tua, mengingat lingkungan yang sudah banyak fasilitas-fasilitas umum seperti ini, jika anak tidak mendapatkan perhatikan secara khusus, maka hal ini dapat merusak kepribadian anak. 

B.     Kegiatan belajar mengajar TPA An-Nur Masjid At-Taqwa
Pelaksanaan pembelajaran di TPA An-Nur masjid At-Taqwa sebenarnya tidak jauh berbeda dengan TPA-TPA yang lain, dimana anak-anak atau para santrinya masih senang bermain, ini dikarenakan mereka masih anak-anak, tidak sedikit dari mereka masih berumur sekitar 3-7 tahun dan beberapa diantara mereka berumur 10 tahun atau sekitar kelas 5 SD .
Dalam ilmu psikologi pendidikan, permainan adalah salah satu bentuk aktifitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak. Sebab, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya diluar rumah bermain dengan teman-temanya di banding terlibat dalam aktifitas lain. Jadi permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktifitas nya.[1]
Selain mengkombinasikan bermain dalm kegiatan belajar atau mengaji, para pengajar juga mengajari bernyanyi. Nyanyian-nyanyian yang diajarkan kepada para santri ialah nyanyian yang bersifat pendidikan. Nyanyian yang digunakan ialah nyanyian anak-anak yang liriknya telah di rubah oleh para pengajar. Mereka memasukan lirik-lirik yang mudah diterima dan bernuansakan islami dan menekankan kepada pendidikan akhlak para santri, sehingga dengan itu para santri akan senang dan mudah menerima pesan yang hendak disampaikan oleh para pengajar.
Ustadz dan ustadzah memulai TPA nya pada pukul 16.00 wib, tepatnya setelah shalat ashar. Para santri dibagi ke beberapa kelompok belajar. Pembagian kelompok belajar ini di sesuaikan dengan kemampuan membaca iqra’ yang sedang dicapai oleh mereka. Begitu pula dengan santri yang telah bisa membaca Al-Qur’an, mereka pun di jadikan satu. Hal ini bertujuan agar memudahkan para ustadz untuk menyampaikan meterinya dan demi tercapainya efektifitas pembelajaran. Hal ini dilakukan ketika mengajarkan baca tulis Al-Qur’an dan Iqra’.
Berbeda dengan kegiatan diatas, para santri di jadikan satu ketika para ustadz menyampaikan materi Fikh, Akhlak dan cerita para Nabi. Hal ini dilakukan agar materi yang disampaikan tidak berbeda-beda. Karena melihat para ustadz yang di datangkan itu memiliki aliran-aliran tersendiri. Dikhawatirkan anak-anak akan salah menangkap materi yang di ajarkan.

C.    Metode Pendidikan
الطريقة بالقدوة الصالحة adalah suatu metode pendidikan islam dengan cara pendidik memberikan contoh-contoh teladan yang baik kepada peserta didik, agae ditiru dan dilaksanakan. Metode ini sangat tepat apabila digunakan untuk mendidik atau mengajar akhlak, karena untuk pelajaran akhlak dituntut adanya contoh atau teladan dari pihak pendidik/guru itu sendiri. Lebih lebih anak yang masih berusiah dibawah 10 tahun, yang masih didominasi oleh sifat-sifat imitasinya terhadap apa yang didengar, dilihat dan diperbuat oleh orang dewasa yang ada disekitarnya.[2]
Jika saya perhatikan dari pemaparan diatas, metode الطريقة بالقدوة الصالحة itu juga digunakan  dalam pembelajaran di TPA An-Nur Masjid At-Taqwa tersebut. Melihat anak-anak atau para santrinya kebanyakan berumur dibawah 10 tahun. Sehingga para pendidiknya pun di tuntut untuk memberikan teladan dan contoh yang baik dalam mengajar.
Dalam psikologi pendidikan, anak yang berusia 2-5 tahun, perkembangan motorik pada anak akan mengalami peningkatan. Oleh karrna itu dibutuhkan suatu wadah yang bisa membantu perkembangan motorik anak. Dalam hal ini, sistem atau metode pembelajaran yang aktif akan sangat membantu perkembangan motorik pada anak-anak.[3]
  Para pengajar atau ustadzah TPA An-Nur menggunakan metod active learning dimana para santrinya di tuntut untuk aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Metode ini digunakan dengan mengkombinasikan beberapa permainan anak-anak. Dengan metode ini, diharapkan para santri TPA An-Nur menjadi santri yang aktif bergerak sehingga dapat membantu perkembangan psikomotorik pada anak. Sehingga sistem/metode pembelajaran tersebut dapat membantu menyalurkan kebutuhan anak yang sedang menalami perkembangan motoriknya.

D.    Problematika pelaksanaan pendidikan di TPA An-Nur
Dalam dunia pendidikan, masalah-masalah pendidikan tidak pernah lepas dari pendidikan itu sendiri baik itu berkenaan dengan teknis pelaksanaan, tenaga pendidik, lingkungan sekitar,  materi, metode pendidikan hingga pendanaan pendidikan.
Dibawah ini akan di sebutkan tentang beberpa problematika pelaksanaan pendidikan di TPA an-Nur masjid At-Taqwa, berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz Puput Rahmat Saputra sebagai salah satu tim pengajar di TPA tersebut.
1.      Anak-anak yang susah untuk di atur
2.      Ketika anak-anak atau para santri hendak menunggu gilirannya membaca al-qur’an, beberapa diantara mereka asyik bermainan hp.
3.      Tidak adanya kurikulum
4.      Minimnya tenaga pengajar, seehingga TPA hanya dilaksanakn ketika bulan ramadhon saja.
5.      Kurang dukungan dari orang tua kepada anaknya untuk mengikuti TPA
Selain dari 5 problematika diatas, lingkungan sekitar yang kurang kondusif  dan suara bising dari kendaraan bermotor menjadi kendala juga dalam melaksanakan pembelajaran di TPA an-nur itu. Mengingat, memang letak masjid yang berada di pinggir jalan besar yang selalu ramai dengan kendaraan, baik siang maupun malam.
Orang –orang non muslim yang hidup di daerah babarsari ini, tidak lah sedikit jumlahnya. Kebanyakan dari mereka para pendatang dari daerah timur, seperti dari papua, timur leste, dll. 

E.     Beberapa solusi untuk menyelesaikan Masalah diatas
Lingkungan pendidikan yang pertama adalah lingkungan keluarga, sebab dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga., sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.[4]
Jadi, solusi untuk mengatasi problematika pelaksanaan TPA An-Nur tersebut salah satu nya ialah memberikan kesadran kepada para orang tua anak agar selalu memperhatikan buah hati nya, terutama tentang pendidikannya, karena bagaimanapun juga bahwa orang yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya ialah orang tua.
Mengenai tenaga pengajar yang minim, mungkin TPA tersebut dapat dilaksanakan pada hari-hari biasa, tanpa harus menunggu bulan Ramadhon dulu. Yakni TPA bisa di laksanakan seminggu 2 kali misalnya, pada hari sabtu dan minggu saja. Sehingga TPA itu akan hidup, masjib pun menjadi ramai.
Mengenai kurikulm, sebenarnya kurikulum tidak begitu penting di TPA ini, mengingat TPA itu sendiri bukan merupakan lembaga pendidikan Formal yang harus memiliki struktur yang sistematis. Sehingga pelaksanaanya tidak terikat dengan kurikulum, bisa mengajarkan apa saja sesuai dengan kebutuhan saat itu. Jadi, jalankan saja TPA itu sebagai mana mestinya, tidak perlu terpaku dengan tidak adanya kurikulum yang mengatur, karena tanpa kurikulum pun TPA itu mampu memberikan pendidikan yang baik untuk perkembangan anak-anak sekitar.
Kemudian mengenai anak yang suka bermain HP ketika menunggu gilirannya mengaji/membaca Al-Qur’an, maka sebaiknya TPA itu membuat aturan kepada para santri yang di sosialisasikan kepada orang tu agar anaknya tidak di perkenankan membawa HP pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di lingkungan TPA itu.
Selanjutnya, mengenai Anak-anak yang susah diatur. Untuk mengatasi permasalahan ini, di butuhkan kecerdasan dalam memberikan pendidikan itu sendiri. Karena anak-anak yang masih berusia di bawah 5 tahun akan lebih suka bermain sehingga berkesan susah untuk diatur. Hal itu terjadi karena masa-masa yang sedang dialami oleh anak anak itu ialah masa-masanya bermain. Dengan  adanya keadaan seperti ini, ini ,menuntut para pengajar untuk memiliki kemampuan mengajara yang baik.
Demikian beberapa solusi yang sekiranya bisa menangani masalah-masalah dalam pelaksanaan TPA di komplek masjid At-Taqwa tersebut. Namun solusi tersebut bukan merupakan satu-satu nya jalan yang bisa menangani problematika pelaksanaan di TPA tersebut.





[1] Yudrik yahya. Psikologi Perkembangan (jakarta: kencana). 2011. Hal. 192
[2] Mangun Budiyanto. Ilmu pendidikan islam (Yogyakarta: Griya Santri). 2001. Hal. 148-149
[3] Yudrik yahya. Psikologi Perkembangan. Op.cit. Hal. 184
[4] Hasbullah.  Dasar-dasar ilmu pendidikan (Jakarta: PT Rajawali Pers),.2009. Hal 38

Pengikut