......dan Rabb-mu berfirman, “berdoalah kepada-Ku,
niscaya Aku perkenankan bagimu”
(QS. Al-Mu’min: 60)
Jika kita
perhatikan secara seksama, doa adalah perbuatan naluriah manusia. Semua manusia
punya kecenderungan dan naluri untuk meminta kepada “sesuatu” yang dianggap
bisa memberi. Pada saat manusia hanya mengenal benda-benda, ia karena tipu daya
iblis berdoa kepada benda0benda yang dikaguminya itu.
Umat manusia di
zaman Ibrahim a.s. sebagai contoh, rupa-rupanya baru mengenal benda-benda.
Mereka membuat patung, lalu dipasang di tempat yang terhormat, kemudian di
minta berbagai macam kebutuhan. Ada naluri untuk meminta, karena merasakan
kekurangan, hanya saja, karena piciknya pemikiran, mereka tak segera
menghantarkan kepada alam di luar benda. Hati dan akal manusia ketika itu Hanna
berpikiran serba materi. Mereka meyakini sesuatu yang nampak oleh indera saja.
Bahkan Ibrahim
sendiri yang sesak hatinya melihat ulah manusia pada waktu itu sempat berpikir
tentang alam benda-benda. Fenomena-fenomena alam begitu memukau hatinya: ada
bintang, bulan, dan matahari. Namun adakah Dzat yang di balik benda-benda itu?
Ketika malam telah menjadi gel, dia melihat sebuah
bintang, lalu dia berkata, inilah rabbku’, tetapi ketika bintang itu tenggelam
dia berkata, ‘aku tidak menyukai yang tenggelam”.
Kemudian tatkala melihat bulan terbit, ia berkata,
“inikah rabbku?” tetapi setelah bulan tenggelam ia berkata, sesungguhnya jika
rabbku tidak memberi petunjuk kepadaku niscaya aku termasuk orang yang sesat.”
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, ia
berkata inilah rabbku, ini yang lebih besar,
maka tatkala matahari itu terbenam, ia berkata, “hai kaumku,
sesungguhnya aku terlepas dari apa yang kamu persekutukan.” (QS. al-an’am:76-78)
Kesimpulan
cerdas yang diungkapkan tersebut berawal dari alam benda-benda. Ia mampu
menarik kesimpulan akan keberadaan Dzat di luar benda-benda itu-justru hal itu
yang tidak tertangkap dengan segera oleh kaumnya. Mereka tetap meminta-minta
dan berdoa kepada benda-benda tersebut.
Umat manusia di
zaman Rasulullah SAW demikian pula adanya. Patung-patung tidak Hannya mereka
buat dari batu atau kayu, bahkan dari bahan-bahan makanan. Jika mereka telah
bosan dengan satu “tuhan” –patung makanan itu –maka dimakannya sang “tuhan”,
kemudian dibuatlah tuhan yang baru. Sungguh mereka bersikap tunduk di hadapan
patung buatannya. Dengan segala harapan dimintanyalah segala sesuatu kepada
benda-benda nista itu.
Di zaman
teknologi saat ini, pada saat manusia lebih pintar membuat “tuhan-tuhan”,
dibanding pada zaman Ibrahim, kecenderungan berdoa tetap terlihat. Ada yang
meminta kepada paranormal atau dukun-dukun agar diberi harkat yang melimpah,
cepat naik pangkat, disenangi atasan, banyak proyek dan lain sebagainya. Ada
juga yang meminta kepada Allah SWT, di saat kebisingan teknologi tak mampu
menjawab gugatan-gugatan ruhaniyah.
Dunia serba
materi di zaman Ibrahim memang masih sederhana. Mereka benar-benar hanya
melihat kepada benda-benda tradisional: batu atau kayu. Alam serba materi boleh
jadi telah menjadi induk bagi ideologi-ideologi yang sempat berkembang dan
menyebar di berbagai belahan dunia saat ini. Lihatlah mereka khusyu’ dengan
kecanggihan teori dan peralatan yang dibuatnya sendiri.
Namun saat
berbagai macam teori dan teknologi tak mampu memuaskan gejolak ruhani mereka,
kepada siapa lagi kah mereka akan berdoa?? Apakah kepada Marx, Lenin, Stalin
atau kepada Hegel? Rasa-rasanya naluri mereka pun akan mengajak berdoa kepada
Sang Pencipta benda-benda.
Kepada
siapa berdoa
Kesimpulan Ibrahim
tentang alam benda-benda yang Serba “tenggelam dan terbenam” membuatnya
berpaling kepada rabbnya benda-benda. Ibrahim segera menyeru diri dan kaumnya:
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada yang
menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada yang benar, dan aku bukan
termasuk orang-orang yang musyrik” (QS.
Al-An’am: 79)
Sebagai mana
yang di ungkapkan ulu albab, tatkala
hati dan akal mereka berinteraksi dengan alam-alam benda-benda cipta-Nya:
“....rabbana tidaklah engkau menciptakan ini dengan
dia-sia , maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.” (QS. ali iman: 191)
Segera mereka menangkap Wujudullah.
Ada Dzat yang pantas di minta segala sesuatu, ialah Allah ta’ala.
Bagaimana Berdoa?
Bagi
kita yang telah percaya yakin akan Allah SWT, permasalahannya adalah bagaimana
agar doa di kabulkan-Nya. Memang, hak mengabulkan ada di tangan Allah mutlak!
Namun ada usaha-usaha manusiawi yang perlu dilakukan agar doa dikabulkan.
Ada kisah menarik yang perlu
direnungkan, sehubungan dengan fenomena pengabulan doa ini. Pernah satu ketika
Ibrahim bin Adam berjalan-jalan di Bashrah lalu datanglah beberapa orang
mengerumuninya, salah seorang di antara mereka menanyakan tentang makna ayat
Allah, “...berdoalah kepada-Ku, pasti
akan Ku kabulkan....” (QS. la-mu’min: 60). Kami senantiasa berdoa,” kata
orang itu, “tetapi kami tidak pernah dikabulkan!”
Pertanyaan
itu muncul lantaran doa yang tak kunjung di kabulkan. Bukankah Allah telah
berjanji untuk mengabulkan doa? Wahai penduduk basah, demikian jawab Ibrahim bin Adham, “telah mati hati kalian, disebabkan sepuluh perkara,: pertama; Ikalian
mengenal Allah, tetapi belum kalian tunaikan hak-hak-Nya. Kedua; Kelian telah
membaca kitab Allah, tetapi tidak beramal dengannya. Ketiga; kalian mendakwakan
diri memusuhi iblis, ternyata kalian berwali kepadanya, kalian ikuti
ajakan-ajakannya. Keempat; kalian mendakwakan diri mencintai Rasulullah SAW,
namun kalian tinggalkan sunah-sunahnya.
Kelima, kalian mengaku mencintai surga, namun tak
beramal untuk mendapatkannya. Keenam, kalian mengaku takut api neraka, tetapi
tak pernah berhenti mengerjakan dosa. Ketujuh, kalian yakin bahwa kematian itu
pasti datang, namun tak pernah bersiap-siap menghadapinya. Kedelapan, kalian
sibuk mengurusi aib dan celaan orang lain, namun membiarkan aib kalian sendiri.
Kesembilan, kalian telah memakan rezeki Allah, namun belum bersyukur
kepada-Nya, dengan memuji dan taat kepada-Nya. Kesepuluh, kalian telah
menguburkan mayat orang mati, namun tak pernah mengambil pelajaran darinya.
Itulah jawaban
rahim bin Adam, terhadap fenomena tak segera terkabulnya doa. Ada sepuluh sebab
matinya hati yang membuat doa tidak terkabul.
Agar doa kita
dikabulkan Allah Ta’ala, lihatlah ke dalam diri sendiri, adakah sepuluh hal
tadi kita lakukan? Mudah-mudahan, kita terhindar dari sepuluh penyebab tidak
terkaulkan doa yang selama ini kita panjatkan kehadiran Allah SWT.lk
bagus sekali untuk dibaca
BalasHapusweb oriflame indonesia