Jumat, 08 Juli 2011

Bagaimana Sifat dan Dzat Allah SWT itu ?


PENDAHULUAN

            Golongan Antropomorfis, naturalis, orang-orang kafir dan orang uang sepaham dengan mereka itu.
Telah dikatakan kepada mereka “telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an sejak kurang lebih berabad abad yang lalu”. Kita maklum bahwa musuh islam selalu berusaha sekuat tenaga unutk membuat semisal Al-Qur’an berusaha pula membelokannya, mengubah dan menggantinya dengan yang lain. Tetapi Allah menantang mereka untuk mendatangkan semisalnya atau sepuluh surat semisalnya. Kemudian Allah melontarkan suatu tantangan dengan firmannya :[1]
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷ƒu $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrߊ «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ
Artinya: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad s.a.wApakah yang demikian tidak menunjukan tentang adanya Allah? Tentang adanya Dzat Allah? Begitu juga segala sesuatu yang mensifatinya. Maka hal-hal tersebut akan dibahas dalam makalah yang sangat singkat ini.

PEMBAHASAN

A.       Dzat
Dzat adalah sesuatu itu sendiri, dan inti dari sesuatu itu. Sedangkan dzat Allah menurut ibnu sina adalah wujud Allah itu sendiri dan bersifat mutlak.
Setiap zat mempunyai sifat, keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, hanyasaja pada suatu saat tertentu atau dalam keadaan tertentu sifat dapat berubah dengan sifat lainya. Sifat-sifat tersebut merupakan pengejawantahan kemampuan dan kecirian zat yang disifatkan. Maka zat hanya mampu bergerak dan memberi akibat sesuai dengan hukuman yang dimiliki. Zat dalam keimanan dibagi empat :
1.      Jarim ialah sesuatu yang terdiri atas satu jauhar fars (satu sel). Contohnya : bakteri
2.      Jisim ialah sesuatu yang terdiri atas bebrapa jauhar fard sekurang kurangnya dua jauhar fard. Misalnya : pohon-pohonan
3.      Jisif latif ialah sesuatu yang terdiri dari atas sesuatu yang tidak kelihatan (nuraniyah/lathifah). Contoh : listrik
4.      Mutlak ialah sesuatu yang tidak tersusun atas sesuatu, bukan jarim, bukan jisim dan bukan jisim lathif ialah Dia Allah Swt.[2]
Dzat Allah tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, karena keterbatasan akal manusia.oleh sebab itu yang menjadi pokok dalam hal ini adalah kita tidak boleh memikirkan dzat Allah, tetapi hendaknya kita memikirkan mahluk-mahluknya,[3] sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW :
تفكروا فى خلق الله ولا تفكروا فى الله فإنكم لن تقدروا قدره 
 Artinya: pikirkanlah ciptaan Allah dan jangan kamu memikirkan Dzat Allah, karena kamu tidak dapat menjangkau-Nya.
Larangan ini bukan berarti mengurung pikiran tetapi menjaga dan memeliharanya agar tidak terjatuh dan terperosok kepada hal-hal yang tidak terjangkau olehnya.
Dzat Allah lebih besar dari apa yang bisa dibayangkan/dicapai oleh akal manusia. Allah yang sebagaimana diakui dan diyakini oleh para ulama adalah Dzat dan Dzat Allah adalah mutlak.[4] Untuk menjelaskan tentang Dzat Allah ini adalah tidak mudah seperti menjelaskan materi yang lain, karena pengertian Dzat Allah itu sendiri ialah sesuatu yang tidak bisa dikaji secara implisit ataupun pengkajian yang dengan memberikan bukti bentuknya. Maka dalam mengkaji Dzat Allah ini tidaklah mudah, karena Allah itu bukanlah materi, yang dapat dibuktikan keberadaanya.
Maka dengan demikian sesuai dengan pengertianya yang mutlak dan tak terbatas adalah sesuatu yang tidak berada dalam ruang dan waktu. Sedangkan pengetahuan hanya untuk tema tema atau objek –objek yang nyata. Jika tidak, maka gambaran pengatahuan adalah sebuah gambaran kosong dan tidaknyata, karena Dzat Allah adalah mutlak dan tidak terbatas, tidak berada pada ruang dan waktu, serta tidak pula berada pada realitas tertentu, maka menggambarkan Dzat Allah hanya bisa menggunakan bahasa manusia saja, tidak dalam penarasian. [5]

B.     Sifat
Dengan memperhatikan alam semesta beserta seluruh mahluk yang ada padanya maka seorang muslim mendapat petunjuk bahwa alam semesta ini memiliki penciptaan yang mewujudkannya, yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan. Sifat-sifa Allah itu ada 3 :
1.         Sifat wajib
Sifat wajib ialah sifat yang harus ada pada Allah, apabila hilang salah satunya saja, maka hilanglah predikat ketuhanannya. Sifat wajib itu sendiri ada 20 :
a)         Wujud.
Artinya; . Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.[6]
b)        Al-qidam dan al-baqa’
 
Artinya: Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
c)         Mukholafatunnlilhawadisi
Artinya:  tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,
d)        Alqiyamu bi nafsihi
e)         Al wahdaniyah
f)         Al-qudrah
g)        Iradah
h)        Al-‘ilmu
i)          Al-hayan
j)          As-sama’ wal bashor
k)        Al-kalam, qadiran, muridan, aliman, hayan, sami’an, bashiron, mutakaliman.

Keduapuluh sifat tersebut dibagi kedalam 4 golongan :

1.         Nafsiyah ialah sifat yang berhubungan eerat dengan zatnya dan tidak dapat dipisahkan. Yang termaksud sifat nafsiyah ialah Wujud

2.         Salbiyah ialah sifat yang menunjukan kepada pengertian kebelikanya dari pada sifat penyebutanya, sehingga padanan pengertiannya mempergunakan kalimat negatif . jadi penyebutannya selalu kalimat positif dan pengertian kebelikanya ialah kalimat negatif. Sifat ini ada 5 yaitu, Qidam, Baqa’, Mukholafatil lil hawasisi, Qiyamuhu binafsihi, Wahdaniyah

3.         Ma’ani ialah sifat yang memastikan zat dengan sifat yang disifatkan. Sifat tersebut menunjukan pada kemampuan menyatakan sifatnya. Sifat itu ada 7 : qudrah, irodah, ilmu, hayah, sama’, bashor, kalam.

4.         Ma’nawiyah ialah sifat yang tergantung pada sifaat ma’ani yang menunjukan pada kemampuan yang tidak terbatas. Maka sifat ma’nawiyah menunjukan bahwa tidak ada zat lain yang mempunyai sifat zat tersebut. Setiap sifat ma’ani mempunyai sifat ma’nawiyah. Sifat sifat itu antara lain Qadiran, Muridan, Aliman, Hayan, Sami’an, Bashiron, Mutakaliman. Sifat ma’nawiyah ini untuk meyakinkan bahwa Allah itu maha kuasa karena memiliki sifat kuasa, yang maksudnya ialah suatu kekuasaan mutlak sehinngga zat lain tidak dapat menyamai-Nya.[7]

2.      Sifat mustahil Allah SWT
Sifat mustahil bagi adalah merupakan kebalikan dari sifat wajib, maka jumlahnyapun sama duapuluh buah juga. ‘adam, huduts, fana’, mumatsaluhu lil hawadisi, ihtiyajuhu lighoirihi, Qiyamuhu bi ghoirihi, at-ta’dud, ‘Ajzun, Karohah, Jahlun, Mautun, Shummum, A’ma, Bukmun, ‘Ajizun, Mukrohun, Jahilan, Mayyitan, Ashomma, ‘Ama, Abkam.

3.      Sifat jaiz bagi Allah
Sifat jaiz hanya satu yaitu Allah bebas berbuat, maksudnya apabila dia tidak akan membuat sesuatu, maka tidak ada seorangpun yang dapat memaksanya, sebaliknya apabila Dia sudah berkehandak membuat sesuatu, maka tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi Nya.[8]

KESIMPULAN
Sesuai dengan pengertianya yang mutlak dan tak terbatas adalah sesuatu yang tidak berada dalam ruang dan waktu. Sedangkan pengetahuan hanya untuk tema tema atau objek –objek yang nyata. Jika tidak, maka gambaran pengatahuan adalah sebuah gambaran kosong dan tidaknyata, karena Dzat Allah adalah mutlak dan tidak terbatas, tidak berada pada ruang dan waktu, serta tidak pula berada pada realitas tertentu, maka menggambarkan Dzat Allah hanya bisa menggunakan bahasa manusia saja, tidak dalam penarasian.
Sifat-sifa Allah itu ada 3 : sifat wajib bagi Allah, sifat mustahil bagi Allah dan sifat jaiz bagi Allah.
Sehingga dapat dipahami bahwa Allah itu bersifat zat mutlak bukan materi, sehingga dalam menjelaskan nya tidak dapat disamakan seperti menjelaskan pengetahuan yang bersifat materi, yang metrei itu dapat di buktuikan dengan panca indra, ataupun dengan penelitian. Oleh karena itu  nabi barsabda ;
تفكروا فى خلق الله ولا تفكروا فى الله فإنكم لن تقدروا قدره 
 Artinya: pikirkanlah ciptaan Allah dan jangan kamu memikirkan Dzat Allah, karena kamu tidak dapat menjangkau-Nya.






DAFTAR PUSTAKA

Al’alim, musthafa, Aqidah Islam Menurut Ibnu Taymiyah, Bandung : PT alma’arif,1982
Mamud, Ali Abdul Halim, Karakteristik Umat Terbaik, Jakarta : GEMA INSANI PRESS, 1996
Prokja Akademik UIN SUNAN KALIJAGA
Rofiq, Muhammad,  Kepercayaan Islam, Yogyakarta : PT Alma’arif, 1981



[1] Ali abdul halim mahmud,  karakteristik umat terbaik, (Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1996), cet. Pertama hal.14
[2] Rofiq, muhammad, kepercayaan islam, (Yogyakarta :  PT Alma’arif, 1981), cet. Pertama hal. 29
[3] Ali abdul halim mahmud,  karakteristik umat terbaik, (Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1996), cet. Pertama hal. 28
[4] Musthofa, al-‘alim, aqidah islam menurut ibn taymiyah, (Bandung: PT Alma’arif, 1982), cet. Pertama hal. 15
[5] Pokja uin, tauhid, hal. 30
[6] Al-qur’an surat ar’ad ayat 2
[7] Rofiq, muhammad, kepercayaan islam……..hal 34
[8] Rofiq, muhammad, kepercayaan islam……..hal. 35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut