Jumat, 23 Desember 2011

Peoblematika pelaksanaan pendidikan di TPA An-Nur masjid At-Taqwa


A.    Gambaran umum TPA An-Nur Masjid At-Taqwa
TPA An-Nur masjid At-Taqwa terletak di jalan Babarsari no 24 di sekitar perumahan PJKA. Masjid At-Taqwa itu sendiri terletak di jalan babarsari, Komplek perumahan PJKA no 24 RT 14 RW 04. TPA ini berdiri sejak masjid ini, yang dahulu masih bernama Musholla. Didirikan oleh takmir masjid At-Taqwa yang pada saat itu di ketuai oleh Bapak Nawiyo Wsp, hingga sekarang.
Sedikit tentang masjid At-Taqwa, bahwa masjid itu di jaga oleh mahasiswa-mahasiswa UIN SUKA. Dan ada juga mahasiswa lain yang mau tinggal di masjid itu dan menjadi Takmirnya. Dan sebagian dari mereka yang dahulu tinggal di masjid kini ini telah bekerja dan berkeluarga. Saat ini masjid itu dijaga oleh 6 orang, 5 diantaranya ialah mahasiswa UIN.  
Santriwan dan santriwati yang mengaji di TPA ini berasal dari lingkungan sekitar masjid. Kebanyakan mereka berasal dari perumahan KOMPLEK YADARA, dimana perumahan tersebut tidak jauh dari masjid At-Taqwa itu sendiri. Ada juga yang datang dari tambak bayan yang masih berada di sekitar masjid.  
Para santri sangat antusias ketika mengikuti kegiatan TPA ini, karena para pengajar yang profesional dalam membimbing para santrinya, mereka didatangkan dari Pondok Pesntren Wahid Hasim, untuk mengajar di TPA tersebut.
Adapun materi yang di ajarkan di TPA tesebut meliputi : baca tulis Iqra’ dan Al-Qur’an, Tajwid, Fiqh, Akhlak dan cerita-cerita para Nabi. Semua materi tersebut di ajarkan sesuai dengan jadwalnya. Adapun kegiatan belajar mengajar TPA ini dilaksanakan di lantai satu masjid At-Taqwa. Kegiatan TPA An-Nur di laksanakan selama satu minggu penuh setelah shalat Ashar.
Namun seiring berjalannya waktu, dengan berbagai kendala yang dihadapi, TPA AN-Nur sekarang ini hannya dilaksanakan pada Bulan Ramadhan saja, selama satu bulan penuh. akan tetapi tetap saja antusias para santriwan dan santriwati tidak berkurang.
Lingkungan TPA An-nur adalah lingkungan yang terhitung moderen. Lingkungan komplek perumahan, dimana orang tua terhitung mampu semua, serta lingkungan sekitar yang sudah banyak terdapat warung-warung internet yang menawarkan game-game on ilne. Dengan melihat keadaan seperti ini, ini membutuhkan perhatian yang besar dari orang tua, mengingat lingkungan yang sudah banyak fasilitas-fasilitas umum seperti ini, jika anak tidak mendapatkan perhatikan secara khusus, maka hal ini dapat merusak kepribadian anak. 

B.     Kegiatan belajar mengajar TPA An-Nur Masjid At-Taqwa
Pelaksanaan pembelajaran di TPA An-Nur masjid At-Taqwa sebenarnya tidak jauh berbeda dengan TPA-TPA yang lain, dimana anak-anak atau para santrinya masih senang bermain, ini dikarenakan mereka masih anak-anak, tidak sedikit dari mereka masih berumur sekitar 3-7 tahun dan beberapa diantara mereka berumur 10 tahun atau sekitar kelas 5 SD .
Dalam ilmu psikologi pendidikan, permainan adalah salah satu bentuk aktifitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak. Sebab, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya diluar rumah bermain dengan teman-temanya di banding terlibat dalam aktifitas lain. Jadi permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktifitas nya.[1]
Selain mengkombinasikan bermain dalm kegiatan belajar atau mengaji, para pengajar juga mengajari bernyanyi. Nyanyian-nyanyian yang diajarkan kepada para santri ialah nyanyian yang bersifat pendidikan. Nyanyian yang digunakan ialah nyanyian anak-anak yang liriknya telah di rubah oleh para pengajar. Mereka memasukan lirik-lirik yang mudah diterima dan bernuansakan islami dan menekankan kepada pendidikan akhlak para santri, sehingga dengan itu para santri akan senang dan mudah menerima pesan yang hendak disampaikan oleh para pengajar.
Ustadz dan ustadzah memulai TPA nya pada pukul 16.00 wib, tepatnya setelah shalat ashar. Para santri dibagi ke beberapa kelompok belajar. Pembagian kelompok belajar ini di sesuaikan dengan kemampuan membaca iqra’ yang sedang dicapai oleh mereka. Begitu pula dengan santri yang telah bisa membaca Al-Qur’an, mereka pun di jadikan satu. Hal ini bertujuan agar memudahkan para ustadz untuk menyampaikan meterinya dan demi tercapainya efektifitas pembelajaran. Hal ini dilakukan ketika mengajarkan baca tulis Al-Qur’an dan Iqra’.
Berbeda dengan kegiatan diatas, para santri di jadikan satu ketika para ustadz menyampaikan materi Fikh, Akhlak dan cerita para Nabi. Hal ini dilakukan agar materi yang disampaikan tidak berbeda-beda. Karena melihat para ustadz yang di datangkan itu memiliki aliran-aliran tersendiri. Dikhawatirkan anak-anak akan salah menangkap materi yang di ajarkan.

C.    Metode Pendidikan
الطريقة بالقدوة الصالحة adalah suatu metode pendidikan islam dengan cara pendidik memberikan contoh-contoh teladan yang baik kepada peserta didik, agae ditiru dan dilaksanakan. Metode ini sangat tepat apabila digunakan untuk mendidik atau mengajar akhlak, karena untuk pelajaran akhlak dituntut adanya contoh atau teladan dari pihak pendidik/guru itu sendiri. Lebih lebih anak yang masih berusiah dibawah 10 tahun, yang masih didominasi oleh sifat-sifat imitasinya terhadap apa yang didengar, dilihat dan diperbuat oleh orang dewasa yang ada disekitarnya.[2]
Jika saya perhatikan dari pemaparan diatas, metode الطريقة بالقدوة الصالحة itu juga digunakan  dalam pembelajaran di TPA An-Nur Masjid At-Taqwa tersebut. Melihat anak-anak atau para santrinya kebanyakan berumur dibawah 10 tahun. Sehingga para pendidiknya pun di tuntut untuk memberikan teladan dan contoh yang baik dalam mengajar.
Dalam psikologi pendidikan, anak yang berusia 2-5 tahun, perkembangan motorik pada anak akan mengalami peningkatan. Oleh karrna itu dibutuhkan suatu wadah yang bisa membantu perkembangan motorik anak. Dalam hal ini, sistem atau metode pembelajaran yang aktif akan sangat membantu perkembangan motorik pada anak-anak.[3]
  Para pengajar atau ustadzah TPA An-Nur menggunakan metod active learning dimana para santrinya di tuntut untuk aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Metode ini digunakan dengan mengkombinasikan beberapa permainan anak-anak. Dengan metode ini, diharapkan para santri TPA An-Nur menjadi santri yang aktif bergerak sehingga dapat membantu perkembangan psikomotorik pada anak. Sehingga sistem/metode pembelajaran tersebut dapat membantu menyalurkan kebutuhan anak yang sedang menalami perkembangan motoriknya.

D.    Problematika pelaksanaan pendidikan di TPA An-Nur
Dalam dunia pendidikan, masalah-masalah pendidikan tidak pernah lepas dari pendidikan itu sendiri baik itu berkenaan dengan teknis pelaksanaan, tenaga pendidik, lingkungan sekitar,  materi, metode pendidikan hingga pendanaan pendidikan.
Dibawah ini akan di sebutkan tentang beberpa problematika pelaksanaan pendidikan di TPA an-Nur masjid At-Taqwa, berdasarkan hasil wawancara dengan ustadz Puput Rahmat Saputra sebagai salah satu tim pengajar di TPA tersebut.
1.      Anak-anak yang susah untuk di atur
2.      Ketika anak-anak atau para santri hendak menunggu gilirannya membaca al-qur’an, beberapa diantara mereka asyik bermainan hp.
3.      Tidak adanya kurikulum
4.      Minimnya tenaga pengajar, seehingga TPA hanya dilaksanakn ketika bulan ramadhon saja.
5.      Kurang dukungan dari orang tua kepada anaknya untuk mengikuti TPA
Selain dari 5 problematika diatas, lingkungan sekitar yang kurang kondusif  dan suara bising dari kendaraan bermotor menjadi kendala juga dalam melaksanakan pembelajaran di TPA an-nur itu. Mengingat, memang letak masjid yang berada di pinggir jalan besar yang selalu ramai dengan kendaraan, baik siang maupun malam.
Orang –orang non muslim yang hidup di daerah babarsari ini, tidak lah sedikit jumlahnya. Kebanyakan dari mereka para pendatang dari daerah timur, seperti dari papua, timur leste, dll. 

E.     Beberapa solusi untuk menyelesaikan Masalah diatas
Lingkungan pendidikan yang pertama adalah lingkungan keluarga, sebab dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga., sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.[4]
Jadi, solusi untuk mengatasi problematika pelaksanaan TPA An-Nur tersebut salah satu nya ialah memberikan kesadran kepada para orang tua anak agar selalu memperhatikan buah hati nya, terutama tentang pendidikannya, karena bagaimanapun juga bahwa orang yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya ialah orang tua.
Mengenai tenaga pengajar yang minim, mungkin TPA tersebut dapat dilaksanakan pada hari-hari biasa, tanpa harus menunggu bulan Ramadhon dulu. Yakni TPA bisa di laksanakan seminggu 2 kali misalnya, pada hari sabtu dan minggu saja. Sehingga TPA itu akan hidup, masjib pun menjadi ramai.
Mengenai kurikulm, sebenarnya kurikulum tidak begitu penting di TPA ini, mengingat TPA itu sendiri bukan merupakan lembaga pendidikan Formal yang harus memiliki struktur yang sistematis. Sehingga pelaksanaanya tidak terikat dengan kurikulum, bisa mengajarkan apa saja sesuai dengan kebutuhan saat itu. Jadi, jalankan saja TPA itu sebagai mana mestinya, tidak perlu terpaku dengan tidak adanya kurikulum yang mengatur, karena tanpa kurikulum pun TPA itu mampu memberikan pendidikan yang baik untuk perkembangan anak-anak sekitar.
Kemudian mengenai anak yang suka bermain HP ketika menunggu gilirannya mengaji/membaca Al-Qur’an, maka sebaiknya TPA itu membuat aturan kepada para santri yang di sosialisasikan kepada orang tu agar anaknya tidak di perkenankan membawa HP pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di lingkungan TPA itu.
Selanjutnya, mengenai Anak-anak yang susah diatur. Untuk mengatasi permasalahan ini, di butuhkan kecerdasan dalam memberikan pendidikan itu sendiri. Karena anak-anak yang masih berusia di bawah 5 tahun akan lebih suka bermain sehingga berkesan susah untuk diatur. Hal itu terjadi karena masa-masa yang sedang dialami oleh anak anak itu ialah masa-masanya bermain. Dengan  adanya keadaan seperti ini, ini ,menuntut para pengajar untuk memiliki kemampuan mengajara yang baik.
Demikian beberapa solusi yang sekiranya bisa menangani masalah-masalah dalam pelaksanaan TPA di komplek masjid At-Taqwa tersebut. Namun solusi tersebut bukan merupakan satu-satu nya jalan yang bisa menangani problematika pelaksanaan di TPA tersebut.





[1] Yudrik yahya. Psikologi Perkembangan (jakarta: kencana). 2011. Hal. 192
[2] Mangun Budiyanto. Ilmu pendidikan islam (Yogyakarta: Griya Santri). 2001. Hal. 148-149
[3] Yudrik yahya. Psikologi Perkembangan. Op.cit. Hal. 184
[4] Hasbullah.  Dasar-dasar ilmu pendidikan (Jakarta: PT Rajawali Pers),.2009. Hal 38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut