Rabu, 16 Mei 2012

Konsep Pendidikan dalam Surat Lukman ayat 12-19


1.      Pengertian Pendidikan Islam
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, serta beberapa pemahaman yang diturunkan dari beberapa istilah dalam pendidikan islam seperti tarbiyah. Ta’dib, dan riyadhoh, maka pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai berikut : prosses transinternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.[1] Definisi ini memiliki lima unsur pokok pendidikan islam yaitu :
a.    Proses transinternalisasi. Upaya dalam pendidikan islam dilakukan secara bertahap, berjenjang, terencana, tersruktur, sistematik dan terus menerus dengan vara transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai islam pada peserta didik.
b.    Pengetahuan dan nilai islam. Materi yang diberikan kepada peserta didik adalah ilmu pengetahuan dan nilai islam.
c.    Kepada peserta didik. Pendidikan diberikan kepada peserta didik sebagai subjek dan objek pendidikan.
d.   Melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan pengembangan potensinya.
e.    Guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Tujuan akhir pendidika islam adalah terciptanya insan kamil yaitu manusia yang mampu menyelaraskan dan memenuhi kebutuhan dunia dan akhirat.
2.      Tujuan pendidikan islam
Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan, keberadaan rumusan tujuan pendidikan memegang peran dangat penting. Krena memang tujuan berfungsi mengarahkan aktivitas, dorongan untuk bekerja memberi nilai dan membantu mencapai keberhasilan. Mengutip dari buku ilmu pendidikan islam oleh bapak mangun budianto, [2] terdapat Beberapa rumusan tujuan akhir pendidikan itu, antara lain :
a.       Terhindar dari siksa api neraka.
b.      Terwujudnya generasi yang kokoh dan kuat dalam segala aspeknya.
c.       Menjadikan peserta didik berguna dan bermanfaat bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
d.      Tercapainya kehidupan yang sempurna yang dalam istilah lain sering disebut “insan kamil”.
e.       Menjadi anak sholeh.
f.       Menjadi manusia yang berpribadi muslim. Hal ini ditegaskan oleh anwar jundi yang menulis “di dalam konsep (islam) ini, tujuan pertama dan pokok dari pendidikan ialah terbentuknya manusia yang berpribadi muslim.  
Ibnu khaldun, yang dikutip oleh Muhammad Athiyah Al-Abrosyi,[3] merumuskan tujuan pendidikan islam dengan berpijak pada firman Allah  sebagai berikut:
Artinya:”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. Al-Qashas : 77)
Berdasarkan firman diatas, ibnu khaldun merumuskan bahwa tujuan pendidikan islam terbagi atas dua macam yaitu, (1) tujuan yang berorientasi ukhrawi, yaitu membentuk seorang hamba agar melakukan kewajibannya kepada Allah; (2) tujuan yang berorientasi duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan hidup agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.
3.      Konsep Pendidikan Islam menurut surat Luqman ayat 12-19
Artinya: 12. Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha mengetahui.17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
[1181] Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.
[1182] Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.
Lukman Al-Hakim, sebagaimana telah dikatakan oleh para ulama tafsir adalah seorang hamba yang soleh bukan seorang nabi, akan tetapi Allah mengkaruniakan kepadanya hikmah (kepahaman dan ilmu serta kelmbutan dalam berbicara) allah SWT berfirman: yang artinya 12. Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Suatu hal yang harus diperhatikan, bahwa apa yang diisyaratkan Allah tentang Lukman al hakim bukan hannya khusus bagi dirinya dan bukan hannya sekedar kabar cerita yang tidak berguna. Akan tetapi cerita ini merupakan metode bagi setiap orang tua dan bagi setiap anak  dalam kehidupan serta menjadi tauladan yang turun temurun dari masa kemasa.
Metode Luqman dengan anaknya dinisbatkan oleh ulama ilmu jiwa moderen dengan “metode pendidikan dengan nasehat.” Mereka berpendapat bahwa metode ini harus diiringi dengan cara lannya, yaitu metode “pendidikan ketauladanan.” Karena nasihat walaupun mampu membangkitkan jiwa, akan tetapi membutuhkan unsur penggerak semangat jiwa yang mampu mengarahkan dengan sempurna.


a.      Pendidikan akidah
Nasehat pertama yang diberikan lukma terhadap anaknya ialah ”wahai anakku! Janganlah menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah adalah kedzaliman yang besar.” Maka seorang pendidik wajib mendidik anaknya agar mengesakan Allah SWT dari lainnya dengan sifat wahdaniyah (KeEsaan Tuhan) dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Bahwa pendidikan tauhid atau akidah ini merupakan pendidikan yang pertama yang harus di berikan kepada peserta didik, karena sebagai dasar bagi dirinya untuk dapat melanjutkan tahap pendidikan yang selanjutnya. Sehingga ketika pada tahap selanjutnya ada goncangan-goncangan yang bersifat merusak akidah seorang peserta didik, maka ia sudah mampu unutk melawan atau menolak goncangan tersebut.
b.      Pendidikan akhlak
Ayat selanjutnya ialah “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” Bahwa penanaman akhlak kedalam diri peserta didik merupakan hal yang perlu diperhatikan. Terlebih lagi terhada kedua orang tua, terutama ibu. Dalam ayat tersebut di gambarkan bahwa “ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”. Suatu keadaan yang begitu berat dijalani bagi wanita, yaitu ketika mengandung. Oleh karena itu di dalam hadis ketika Rasul di tanya oleh seseorang tentang siapa yang terlebih dahulu harus di hormati maka rasul menjawa ibu. Jawaban itu pun berturut-turut sebanyak tiga kali, yang kemudian baru ayah. Hal ini bukan berarti mengurangi rasa hormat terhadap Ayah atau bapak, akan tetapi lebih mengangkat perjuangan seorang ibu yang telah mengandung dan menyapihnya dalam keadaan lemah yang semakin lemah.
Dan pelajaran penting bagi seorang peserta didik, ketika seorang orang tua mengajak kepada kemusyrikan maka kewajiban seorang anak ialah menolak ajakan tersebut. Sebagaimana nasehat lukman berikutnya “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya,  Bahkan dalam ayat tersebut, ketika seorang anak sudah menolak ajakannya maka diperintahkan untuk tetap mempergaulinya di dunia ini dengan baik “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku”, dan hanya tetap menjadikan Allah sebagai tempat kembali dan mengadukan segala rasa penatnya “kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Akhlak seorang merupakn cerminan dari pribadinya. Allah tidak melihat kepada tampilan, atau sesuatu yang bersifat fisik, akan tetapi allah hanya melihat isi hatinya, atau dalam kata lain akhlak termaksud di dalamnya. Selain akhlak terhadap orang tua baik itu ibu maupun bapaknya, akhlak dalam berhubungan sosial pun perlu di tanamkan kepada seorang peserta didik. Hal ini agar ia tidak memiliki rasa sombong dan rasa kebanggaan akan dirinya secara berlebihan. Karena prilaku tersebut bukanlah prilaku yang baik untuk anak didik dalm berhubungan dengan lingkungan sosialnya. 
c.       Pendidikan Ibadah
Ibadah merupakan tujuan utama dari di ciptakannya jin dan manusia. Oleh karena itu, penanaman akan pentingnya ibadah untuk dilakukan , hendaknya di mulai sejak dini. Karena setiap perbuatan yang dilakukan manusia akan menjadi ibadah manakala perbuatan itu dilakukan dengan dasar ilmu dan juga keikhlasan yang tinggi dari si pelaku ibadah. Sehinggga akan mmperoleh balasan dari Allah swt. Sekalipun perbuatan atau amal itu hanya sebesar biji sawi, dengan catatan di dasari Ilmu dan rasa ikhlas. Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. Bahkan dalam hal ini bukan saja amal baik saja yang akan meperoleh balasan. Ketika seorang berbuat tidak baik pun walaupun sebesar biji sawi, maka akan dimintai pertanggung jawabanya, atau dengan kata lain Allah akan membalasnya.
Perintah shalat pun tidak lepas dari nasehat lukman kepada anaknya. Pembiasaan ibadah shalat hendaknya di berikan kepada anak didik sejak dini, walaupun belum merupakan kewajiban baginya. Akan tetapi hal ini untuk membiasakan dirinya untuk mendirikan shalat. Sehingga ketika ia tumbuh dewasa nanti akan terbiasa dengan shalat. Tidak seperti kebanyakan para pemuda pemudi sekarang.  
Ini yang kiranya perlu diketahui olah para pendidik, bahwa ibadah itu merupakan sesuatu hal yang penting yang perlu ditanamkan  kepada setiap anak didiknya.
Bebarapa hal di atas kiranya perlu di perhatikan oleh setiap pendidik dalam mendidik anak didiknya. Konsep tersebut merupakan hal yang perlu diimplementasikan kepada setiap anak didik dan di tambah dengan konsep-konsep pendidikan lainya, yang nanti akan terwujud “insan kamil” sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan islam itu sendiri.     


Kesimpulan
Maka konsep pendidikan islam menurut surat lukman ayat 12-19 tersebut ialah mencakup pendidikan akidah, pendidikan akhlak, pendidikan ibadah. Konsep tersebut perlu kiranya di tambah dengan konsep-konsep lainya dan diterapkan dengan metode-metode pendidikan yang berhubungan. Sehingga mampu terwujudlah insan kamil yang merupakan tujuan pendidikan islam itu sendiri. Dengan tetap mengambil rujukan kepada Al-Qur’an dan hadis.


DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Mangun, Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Griya Santri, 2011

Hasan mansyur, hasan, Metode Islam dalam Mendidik Remaja. Kairo: Al-Ahrom, 2002

Hasbullah,   Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.    Jakarta : Raja grafindo persada, 2009

Mujib, abdul dan Mudzakir, Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006

















[1] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 29-28
[2] Mangun Budianto,  Ilmu Pendidikan islam. (Yogyakarta: Griya Santri, 2011), hlm. 27-28
[3] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 80-81

1 komentar:

Pengikut