1.
Pengertian Pendidikan
Islam
Berdasarkan
beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, serta beberapa pemahaman
yang diturunkan dari beberapa istilah dalam pendidikan islam seperti tarbiyah.
Ta’dib, dan riyadhoh, maka pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai
berikut : prosses transinternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta
didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan
dan pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di
dunia dan akhirat.[1]
Definisi ini memiliki lima unsur pokok pendidikan islam yaitu :
a.
Proses transinternalisasi. Upaya
dalam pendidikan islam dilakukan secara bertahap, berjenjang, terencana,
tersruktur, sistematik dan terus menerus dengan vara transformasi dan
internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai islam pada peserta didik.
b.
Pengetahuan dan nilai islam. Materi
yang diberikan kepada peserta didik adalah ilmu pengetahuan dan nilai islam.
c.
Kepada peserta didik. Pendidikan
diberikan kepada peserta didik sebagai subjek dan objek pendidikan.
d.
Melalui upaya pengajaran,
pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan pengembangan potensinya.
e.
Guna mencapai keselarasan dan
kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Tujuan akhir pendidika islam adalah
terciptanya insan kamil yaitu manusia yang mampu menyelaraskan dan memenuhi
kebutuhan dunia dan akhirat.
2.
Tujuan
pendidikan islam
Sebagai bagian dari komponen
kegiatan pendidikan, keberadaan rumusan tujuan pendidikan memegang peran dangat
penting. Krena memang tujuan berfungsi mengarahkan aktivitas, dorongan untuk
bekerja memberi nilai dan membantu mencapai keberhasilan. Mengutip dari buku
ilmu pendidikan islam oleh bapak mangun budianto, [2]
terdapat Beberapa rumusan tujuan akhir pendidikan itu, antara lain :
a.
Terhindar dari siksa api neraka.
b.
Terwujudnya generasi yang kokoh dan
kuat dalam segala aspeknya.
c.
Menjadikan peserta didik berguna
dan bermanfaat bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
d.
Tercapainya kehidupan yang sempurna
yang dalam istilah lain sering disebut “insan kamil”.
e.
Menjadi anak sholeh.
f.
Menjadi manusia yang berpribadi
muslim. Hal ini ditegaskan oleh anwar jundi yang menulis “di dalam konsep (islam)
ini, tujuan pertama dan pokok dari pendidikan ialah terbentuknya manusia yang
berpribadi muslim.
Ibnu khaldun, yang dikutip oleh Muhammad Athiyah Al-Abrosyi,[3]
merumuskan tujuan pendidikan islam dengan berpijak pada firman Allah sebagai berikut:
Artinya:”Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. Al-Qashas : 77)
Berdasarkan firman diatas, ibnu
khaldun merumuskan bahwa tujuan pendidikan islam terbagi atas dua macam yaitu,
(1) tujuan yang berorientasi ukhrawi, yaitu membentuk seorang hamba agar
melakukan kewajibannya kepada Allah; (2) tujuan yang berorientasi duniawi,
yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan
hidup agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.
3. Konsep Pendidikan Islam menurut
surat Luqman ayat 12-19
Artinya: 12. Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,
Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa
yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji".13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar".14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180].
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.16. (Luqman berkata):
"Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi,
dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha mengetahui.17.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.19. Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
[1180]
Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
[1181] Yang
dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu
bagaimana kecilnya.
[1182]
Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula
terlalu lambat.
Lukman
Al-Hakim, sebagaimana telah dikatakan oleh para ulama tafsir adalah seorang
hamba yang soleh bukan seorang nabi, akan tetapi Allah mengkaruniakan kepadanya
hikmah (kepahaman dan ilmu serta kelmbutan dalam berbicara) allah SWT
berfirman: yang artinya 12. Dan Sesungguhnya telah Kami
berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan
Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Suatu hal yang
harus diperhatikan, bahwa apa yang diisyaratkan Allah tentang Lukman al hakim
bukan hannya khusus bagi dirinya dan bukan hannya sekedar kabar cerita yang
tidak berguna. Akan tetapi cerita ini merupakan metode bagi setiap orang tua
dan bagi setiap anak dalam kehidupan
serta menjadi tauladan yang turun temurun dari masa kemasa.
Metode Luqman
dengan anaknya dinisbatkan oleh ulama ilmu jiwa moderen dengan “metode
pendidikan dengan nasehat.” Mereka berpendapat bahwa metode ini harus diiringi
dengan cara lannya, yaitu metode “pendidikan ketauladanan.” Karena nasihat
walaupun mampu membangkitkan jiwa, akan tetapi membutuhkan unsur penggerak
semangat jiwa yang mampu mengarahkan dengan sempurna.
a. Pendidikan akidah
Nasehat pertama yang diberikan lukma terhadap anaknya ialah ”wahai
anakku! Janganlah menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah adalah
kedzaliman yang besar.” Maka seorang pendidik wajib mendidik anaknya agar
mengesakan Allah SWT dari lainnya dengan sifat wahdaniyah (KeEsaan Tuhan) dan
tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Bahwa pendidikan tauhid atau
akidah ini merupakan pendidikan yang pertama yang harus di berikan kepada
peserta didik, karena sebagai dasar bagi dirinya untuk dapat melanjutkan tahap
pendidikan yang selanjutnya. Sehingga ketika pada tahap selanjutnya ada goncangan-goncangan
yang bersifat merusak akidah seorang peserta didik, maka ia sudah mampu unutk
melawan atau menolak goncangan tersebut.
b. Pendidikan akhlak
Ayat selanjutnya ialah “Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180].
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” Bahwa penanaman akhlak kedalam diri peserta didik merupakan hal
yang perlu diperhatikan. Terlebih lagi terhada kedua orang tua, terutama ibu.
Dalam ayat tersebut di gambarkan bahwa “ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”. Suatu
keadaan yang begitu berat dijalani bagi wanita, yaitu ketika mengandung. Oleh
karena itu di dalam hadis ketika Rasul di tanya oleh seseorang tentang siapa
yang terlebih dahulu harus di hormati maka rasul menjawa ibu. Jawaban
itu pun berturut-turut sebanyak tiga kali, yang kemudian baru ayah. Hal
ini bukan berarti mengurangi rasa hormat terhadap Ayah atau bapak, akan tetapi
lebih mengangkat perjuangan seorang ibu yang telah mengandung dan menyapihnya
dalam keadaan lemah yang semakin lemah.
Dan pelajaran penting bagi seorang peserta didik, ketika seorang
orang tua mengajak kepada kemusyrikan maka kewajiban seorang anak ialah menolak
ajakan tersebut. Sebagaimana nasehat lukman berikutnya “Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, Bahkan dalam ayat tersebut, ketika seorang
anak sudah menolak ajakannya maka diperintahkan untuk tetap mempergaulinya di
dunia ini dengan baik “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku”, dan hanya tetap menjadikan
Allah sebagai tempat kembali dan mengadukan segala rasa penatnya “kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.”
Akhlak seorang merupakn cerminan dari pribadinya. Allah tidak
melihat kepada tampilan, atau sesuatu yang bersifat fisik, akan tetapi allah
hanya melihat isi hatinya, atau dalam kata lain akhlak termaksud di dalamnya. Selain
akhlak terhadap orang tua baik itu ibu maupun bapaknya, akhlak dalam
berhubungan sosial pun perlu di tanamkan kepada seorang peserta didik. Hal ini
agar ia tidak memiliki rasa sombong dan rasa kebanggaan akan dirinya secara
berlebihan. Karena prilaku tersebut bukanlah prilaku yang baik untuk anak didik
dalm berhubungan dengan lingkungan sosialnya.
c. Pendidikan Ibadah
Ibadah
merupakan tujuan utama dari di ciptakannya jin dan manusia. Oleh karena itu,
penanaman akan pentingnya ibadah untuk dilakukan , hendaknya di mulai sejak
dini. Karena setiap perbuatan yang dilakukan manusia akan menjadi ibadah
manakala perbuatan itu dilakukan dengan dasar ilmu dan juga keikhlasan yang
tinggi dari si pelaku ibadah. Sehinggga akan mmperoleh balasan dari Allah swt. Sekalipun
perbuatan atau amal itu hanya sebesar biji sawi, dengan catatan di dasari Ilmu
dan rasa ikhlas. Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha
Halus lagi Maha mengetahui. Bahkan dalam hal ini bukan saja amal baik saja
yang akan meperoleh balasan. Ketika seorang berbuat tidak baik pun walaupun
sebesar biji sawi, maka akan dimintai pertanggung jawabanya, atau dengan kata
lain Allah akan membalasnya.
Perintah shalat
pun tidak lepas dari nasehat lukman kepada anaknya. Pembiasaan ibadah shalat
hendaknya di berikan kepada anak didik sejak dini, walaupun belum merupakan
kewajiban baginya. Akan tetapi hal ini untuk membiasakan dirinya untuk
mendirikan shalat. Sehingga ketika ia tumbuh dewasa nanti akan terbiasa dengan shalat.
Tidak seperti kebanyakan para pemuda pemudi sekarang.
Ini yang
kiranya perlu diketahui olah para pendidik, bahwa ibadah itu merupakan sesuatu
hal yang penting yang perlu ditanamkan kepada setiap anak didiknya.
Bebarapa hal
di atas kiranya perlu di perhatikan oleh setiap pendidik dalam mendidik anak
didiknya. Konsep tersebut merupakan hal yang perlu diimplementasikan kepada
setiap anak didik dan di tambah dengan konsep-konsep pendidikan lainya, yang
nanti akan terwujud “insan kamil” sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan
islam itu sendiri.
Kesimpulan
Maka konsep pendidikan islam menurut surat lukman ayat 12-19
tersebut ialah mencakup pendidikan akidah, pendidikan akhlak, pendidikan ibadah.
Konsep tersebut perlu kiranya di tambah dengan konsep-konsep lainya dan
diterapkan dengan metode-metode pendidikan yang berhubungan. Sehingga mampu
terwujudlah insan kamil yang merupakan tujuan pendidikan islam itu sendiri.
Dengan tetap mengambil rujukan kepada Al-Qur’an dan hadis.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Mangun, Ilmu
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Griya Santri, 2011
Hasan mansyur, hasan, Metode
Islam dalam Mendidik Remaja. Kairo: Al-Ahrom, 2002
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja grafindo persada, 2009
Mujib, abdul dan Mudzakir, Jusuf, Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006
[1] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu
Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 29-28
[2] Mangun Budianto, Ilmu Pendidikan islam. (Yogyakarta:
Griya Santri, 2011), hlm. 27-28
[3]
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu
Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 80-81