Minggu, 12 Juni 2011

gaji seorang pengajar


          Ada suatu riwayat mengatakan, suatu saat ada seorang sahabat yang mengajarkan al qur’an kepada Ahlus shfah (orang kismin). Sahabt itu mengajarkanya dengan begitu ikhlas dan hingga orang kismin tersebut bisa membaca Al-Qor’an. suatu saat orang miskin tersebut hendak memberikan busur yang ia punya kepada sahabat tersebut sebagai tanda terimakasihnya. Sahabat tidak langsung menerimanya, ia menanyakan nya terlebih dahulu kepada Rasul. Akhirnya ia pun bercerita kepada rasul mengenai pemberian yang hendak ia terima dari orang miskin tersebut. Lalu bertanya “wahai rasullah, saya mengajarkan Al Quran kepada orang miskin hingga ia bisa, namun setelah ia bisa, ia hendak memberikan busur yang ia punya kepada hamba. Bolehkah saya menerimanya ya rasul?” rasul menjawab, “kalau kau ingin neraka dikalungkan kelehermu, terimalah busur itu.” Mendengar jawaban rasul tersebut lalu sahabat tersebut tidak menerimanya.
          Ada riwayat juga yang menceritakan. Suatu saat telah terjadi peperangan, dan ketika itu para mujahidin hendak pulang kerumah meraka masing-masing. Namun, ketika meraka dalam perjalanan pulang, logistik bawaan mereka telah habis, dan mereka pun mulai merasa kelaparan. Suatu ketika mereka melewati perkampungan dan mereka memutuskan untuk singgah diperkampungan itu, sambil mencari persediaan logistik untuk melanjutkan perjalanan mereka. Sangat disayangkan, ternyata kedatangan mereka ke kempung tersebut, kurang mendapatkan sambutan yang hangat dari penduduknya. Setelah di pahami, ternyata penduduk perkampungan itu tidak memiliki kepercayaan atau agama. Suatu ketika sang kepala desa kampung tersebut digigit seekor kalajengking, sampai terluka yang cukup parah.  Melihat hal itu, anak gadis kepala desa tersebut membuat sayembara, bagi mereka yang bisa menyembuhkan luka pada ayahnya yang disebabkan karena gigitan kalajengking tersebut. Singkat cerita, sampailah sayembara itu kepada para rombongan mujahid perang. Dan salah seorang dari mereka, teringat, tentang mu’jizat surat Al fatihah sebagai syifa’ yang pernah disabcakan oleh baginda Rasul SAW. Akhirnya, tangpa berfikir panjang, ia pun mendatangi kepala desa tersebut, lalu memegang lukanya sambil membacakan dan menuntun sang kepala desa unutk mengikuti bacaanya tersebut. Dengan izin Allah, dan doanya seorang mujahid itu tadi, luka bapak kepala desa itu sembuh total. Maka sesuai perjanjian tadi, barang siapa yang dapat menyembuhkan pak kepala desa maka ia brhak mendapatkan 30 ekor kambing. Maka sang mujahid itu mendapatkan 30 ekor kambing lalu dibawa pulang. Seamapinya  dirumah, ia memasaknya lalu memakanya. Dan rasul pun tahu mengenai peristiwa ini, lantas lalu beliau mngatakan, “apaka msih ada kambing yang tersisa untuk ku? Lalu sahabat itu memberikan nya kepada rasul”
         Dari dua riwayat diatas menceritakan tentang hadiah yang diberikan kepada seorang guru sebagai tanda terima kasih nya. Dimana pada cerita yang pertama  bahwa, seorang guru tidak boleh menerima sedikitpun dari pemberian orang yang di didiknya karena oang yang didiknya tersebut tergolong miskin. Namun lain halnya pada cerita yang kedua, kita boleh menerima pemberian dari orang yang kita didik itu, selama orang yang kita didik itu mampu atau memiliki harta lebih untuk membayar pendidik.
          Namun pada hakekatnya, jasa seorang guru itu tidak bisa di balas atau di bayar dengan materi. Tidak ada materi yang dapat menggantikan ilmu yang telah ia berikan kepada kita. Lantas bagaimana kita bisa berterimakasih kepadanya? Kalau sekedar ucapan terimakasih, apakah itu sebanding dengan ilmu yang telah kita dapat? Jelas tidak, seperti halnya kebaikan orang tua kepada anaknya, tidak bisa dibalas dengan materi. Dengan membuat hatinya senang, bahagia, lebih-lebih bisa membuat air matanya keluar melihat kita berhasil dan sekses. Itulah sekiranya yang dapat diberikan kepada guru sebagai terimakasis terhadap ilmu yang ia ajarkan kepada kita, walaupun hanya sekelumit, tidak sebanding dengan ilmu yang diberikan kepada kita itu, hingga sampai saat ini kita bisa mengatahui yang hak dan yang bathil.
          so, ketika anda mengajarkan suatu ilmu kepada seseorang, berikanlah ilmu yang terbaik yang anda punya. Sebagai amal jariyah anda. Dan ketika orang yang anda ajarkan ilmu, tidak mampu untuk memberimu bekal, maka jangan lah engkau mengharap, sesungguhnya itu lebih baik bagimu. Wallahu a’lam  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut